Sabtu, 20 Oktober 2012

Menyiasati diri

Jiwa manusia ini termasuk salah satu ciptaan Allah s.w.t. yang sangat menakjubkan, dia siap sedia untuk berubah-ubah sebagaimana yang disebutkan Allah s.w.t., "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya." (QS. Asy-Syams:7-8)

Dan sesuai dengan kadar usaha manusia yang dicurahkan, jiwa itu akan terbentuk dengan kecenderungan kepada ketakwaan atau pun kedurhakaan, "Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams: 9-10)

Permasalahan yang sering timbul pada kebanyakan orang itu adalah, ketidakpahaman mereka kepada karakteristik jiwa yang berubah-ubah serta siap untuk berubah-berubah ini, dari kedurhakaan berubah menjadi ketakwaan dan sebaliknya, di samping itu juga sebagaimana yang disebutkan Allah s.w.t. dalam al-Qur'an al-Karim, bahwasanya jiwa itu memiliki sifat dasar menyuruh pada kejahatan (amarah), "Sesungguhnya nafsu (jiwa) itu menyuruh pada kejahatan." (QS. Yusuf: 53) Kecuali jiwa yang dirahmati tuhanku, pengecualian ini khusus bagi orang-orang yang senantiasa mau mendidik dan mensucikan jiwanya, hingga beralih menjadi jiwa yang tenang (muthmainnah) atau jiwa yang menyesali dirinya sendiri (lawwamah) yang dengannya Allah bersumpah dalam al-Qur'an al-Karim.

Supaya seorang muslim itu berhasil dalam pendidikan jiwa ini, maka di harus mengetahui karakter-karakter utama yang dimiliki oleh jiwa ini, serta jalan-jalan yang mesti dilaluinya agar sampai ke relung jiwa yang terdalam dengan selamat tanpa ada kendala yang berarti, di antara berbagai karakter dan tabiatnya itu yang paling utama adalah:

1. Jiwa itu, sebagaimana yang telah kami sebutkan, siap untuk berubah-ubah, dari baik menjadi buruk dan sebaliknya, dan ini tergantung pada seberapa jauh usaha manusia dalam mendidik dan atau menyesatkannya.

2. Jiwa itu mirip dengan otot dari segi pertumbuhan dan perkembangannya, otot yang diciptakan Allah s.w.t didalam badan seseorang itu akan mengeras, kencang dan kuat ketika orang tersebut mulai mengeluarkan tenaga manusiawi yang disebut dengan permainan olah raga, dan bahwasanya jika dia memforsir dirinya dengan berbagai permainan ini sejak permulaan tanpa adanya tahapan-tahapan, maka hal itu akan bisa berakibat menimbulkan berbagai penolakan yang pada gilirannya dia tidak bisa bermain lagi selama hidupnya, atau barangkali hal itu akan menimbulkan cedera pada dirinya untuk selamanya atau pun sementara.

3. Bahwasanya jiwa ini juga seperti halnya otot dari segi pertumbuhan secara bertahap, dia tumbuh sedikit demi sedikit hingga menjadi keras dan kuat, maka, orang-orang yang membawa beban-beban berat dan besi, badan mereka tidak akan menjadi kuat dengan kemampuan ototnya seperti ini melainkan setelah usaha keras selama bertahun-tahun dan bukan dengan latihan sekali atau dua kali saja, tapi pertumbuhannya melalui tahapan-tahapan.

4. Untuk menjaga perkembangan otot ini, harus ada latihan secara berkesinambungan, jika terputus otot-otot ini akan akan berubah menjadi lemak dan pemekaran pada daging, dan jasmani yang indah itu berubah menjadi buruk.

5. Demikian juga para ahli olah raga menyarankan  agar seseorang itu memulai latihan-latihan yang mudah, hingga dia menekuninya kemudian beralih ke latihan yang sulit.

Dari semua hal ini kita bisa menggambarkan rencana amal perbuatan untuk mendidik jiwa, agar kita dapat menembus relung jiwa yang paling dalam dengan rahmat dan karunia Allah, dan di dalamnya kita dapat sampai pada puncaknya dengan jalan yang paling mudah dan paling aman:

Pertama: kita harus memulai dengan ketaatan yang ringan terlebih dahulu, maka, orang yang baru mendapatkan petunjuk atau yang telah terputus beberapa waktu setelah sampai ke puncak, kemudian kembali, maka dia harus memulai dari yang mudah yang sesuai dengan tingkatannya dari segi kemampuan, sehingga tidak membuatnya lari sejak memulai perjalanan. Di antara kesalahan yang fatal adalah mengharuskannya bersemangat yang menggelora sejak awal dengan membebani amalan ketaatan yang sulit dan beribadah yang banyak, akibatnya dia akan lari menghindar secepatnya, karena dia tidak siap untuk mengemban hal itu -sebagaimana halnya otot.

Kedua: bertahap dalam melangkah, misalnya, saya memulai dengan melakukan ibadah seperti mengikuti beberapa langkah berikut ini: Dua rakaat sebelum tidur, di dalamnya membaca surat-surat pendek dalam jangka waktu tertentu, bisa tiga bulan atau lebih, hingga bila telah melihat ada kekuatan yang lebih pada dirinya, beralih ke surat-surat yang panjang.

Empat rakaat sebelum tidur, di dalamnya membaca surat-surat pendek selama kurun waktu tiga bulan atau empat bulan.

Tetap mengerjakan shalat empat rakaat ini sebelum tidur, dan berniat pada suatu malam mengerjakan shalat enam rakaat dalam sepekan. Dan terus begitu selama beberapa waktu.

Jika dia melihat ada kemampuan dan kekuatan pada dirinya, hendaknya menentukan satu malam dalam sepekan untuk mengerjakan shalat dua rakaat sepuluh menit sebelum subuh, dan terus begitu selama beberapa waktu dan bisa lebih lama lagi, hingga dia mendapatkan pada dirinya kekuatan lantas semakin bertambah.

Dan demikian juga langkah-langkah ini senantiasa dilakukan pada ibadah-ibadah lainnya, yang terpenting dalam hal itu adalah bertahap. Di dalam al-Qur'an atau Sunnah tidak ada teks-teks yang menunjukan pada jumlah tertentu pada setiap langkah, itu semata-semata tergantung pada ijtihad yang bersumber dari dasar pijakan yang ditunjukan Nabi s.a.w. kepada kita dalam sebuah pernyataan,

"Sesungguhnya agama ini keras, maka masukilah ia dengan lembut." (HR. Ahmad, hasan)

"Tak seorang pun yang mempersulit diri dalam urusan agama kecuali ia akan terbebani." (HR. Bukhari)

Ketiga: mendidik secara berkesinambungan, kaidahnya, bahwasanya membiarkan jiwa selama beberapa waktu secara terpisah-pisah dan tidak teratur tidak pula berkesinambungan akan membuatnya terjebak pada kebimbangan dan kelemahan, ini persis yang terjadi pada otot saat seorang olahragawan memperlakukannya seperti perlakuan ini.

Rasulullah s.a.w. telah memberi kita secercah cahaya kerasulan yang dapat membantu kita dalam pendidikan ini, yaitu saat beliau berkata,

"Amal perbuatan yang paling dicintai Allah itu adalah yang paling berkesinambungan walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Keempat: bertanya kepada para ahli dan meyakinkan diri pada langkah-langkah yang diambil. Dan karena dalam hal ini banyak orang yang tergelincir bahkan mungkin orang bisa jauh dari keseriusan yang benar, akibatnya menempuh jalan yang tidak benar lantas dilanda kebingungan, dan setelah itu sulitlah baginya untuk kembali lagi, maka harus bertanya kepada orang-orang yang ahli dalam bidang ini, mereka yang berjalan sesuai dengan petunjuk Nabi s.a.w., jauh dari berbagai hal yang diada-adakan pada agama ini agar mereka dapat memberinya petunjuk ke jalan yang benar, dan untuk memperbaiki perjalananya jika dia telah menyimpang dari sunnah, ini persis seperti orang yang ingin membentuk serta mengembangkan ototnya, dia bertanya kepada orang-orang yang ahli olah raga tentang langkah-langkah yang benar berkait dengan hal itu, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak baik akibatnya.

Semua ini tidak ada yang dapat memahaminya dengan benar kecuali orang yang telah mengenal tabiat jiwa dan juga mengenal iklim tempat jiwa itu dapat hidup berkembang sebagaimana yang telah dipahami oleh Musthafa Shadiq ar-Rafi'i saat berkata, "Seperti pohon, ada iklim yang cocok yang dapat melindunginya...ada iklim yang dapat membuatnya layu..dan ada iklim yang membuatnya punah.. demikian juga yang dilakukan jiwa jika terkondisikan oleh suatu iklim." (Wahyu al-Qalam, 2/201)

Yang kami sebutkan ini adalah bagian kecil dari seni mendidik jiwa yang dilakukan oleh manusia sedikit demi sedikit secara konsisten, sehingga dia dapat mengentaskan jiwanya dari wilayah ajakan pada kejahatan (jiwa amarah) ke wilayah ketenangan (muthma'innah) dan penghayatan diri (lawwamah) yang dapat membuatnya terus menanjak ke derajat para salikin.[]

Abdul Hamid al-Bilaly

Baca Selengkapnya..

Selasa, 16 Oktober 2012

Takut Kepada Setan

Setelah shalat Isya', ada seseorang yang datang kepadaku dengan kedua matanya sembab hampir mengucurkan air mata, dia bertanya kepadaku tentang permasalahannya yang tidak dapat dipecahkannya sendiri, lantas dia berusaha mengajak musyawarah saudara-saudaranya untuk mencari solusinya. Kesimpulan dari permasalahannya itu adalah, bahwasanya jika mendapat kebaikan dia mau memenuhi perintah Allah, dan jika ditimpa keburukan dia akan menjauh dari jalan Allah. Sebab dia menjauh  ketika ditimpa keburukan itu adalah, bahwasanya dia berkata didalam hatinya, apa manfaat ibadah kalau keburukan ini tidak kunjung sirna setiap kali menjalankan perintah Allah, maka dia pun lantas memutuskan untuk meninggalkan ibadah itu.

Saya katakan kepadanya: saudaraku tercinta, kita harus membedakan antara dua hal, pertama; berbagai kewajiban yang diperintahkan Allah s.w.t  kepada kita supaya menyelamatkan diri kita dari api neraka dan meraih kemenangan dengan menggapai keridhaan dan surga-Nya.

Kedua; musibah yang dengannya kita diuji dalam kehidupan.

Adapun yang pertama, maka harus senantiasa dilaksanakan pada setiap kondisi dan setiap waktu, karena yang pertama dan terakhir mengambil manfaat dari pelaksanaan ibadah itu adalah manusia itu sendiri, sebab Allah s.w.t tidak butuh kita, Dia Maha kaya lagi Maha Terpuji. Jika kita lalai dalam melakukan kewajiban-kewajiban ini, maka kita lah yang merugi, sebab melakukan kewajiban itu merupakan salah satu sebab keselamatan dari api neraka, dan hal ini tidak berkaitan dengan musibah, dan seharusnya tidak ada pengaruh negatif terhadap pelaksanaan kewajiban-kewajiban lantaran keburukan yang kita alami didalam hidup kita.

Adapun hal yang kedua adalah bala', Anda harus mengetahui bahwa bala', atau cobaan atau ujian yang ditakdirkan Allah bagi hamba-hamba-Nya itu tidak terbatas pada keburukan saja, tapi ujian itu juga berupa kebaikan, seperti disebutkan dalam firman Allah s.w.t., "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Bahkan sebaliknya, sesungguhnya keberhasilan dalam menghadapi ujian keburukan ini lebih mudah dari pada keberhasilan dalam menghadapi ujian kebaikan, hal itu disebabkan orang yang diberi cobaan dengan kemiskinan misalnya, dia tidak dituntut kecuali bersabar, karena dia tidak memiliki sesuatu untuk berbuat. Tetapi lain lagi dengan cobaan model yang kedua, yaitu orang yang diberi cobaan dengan harta, maka dengan memiliki harta itu dia memiliki kesempatan untuk melakukan kemaksiatan dan enggan memberi, melalaikannya dari kewajiban-kewajiban serta merasa bahwa dia tidak lagi membutuhkan Allah s.w.t. Akibatnya keberhasilan dalam ujian ini menjadi sulit diraih kecuali oleh orang yang menjadikan akhirat sebagai fokus perhatiannya yang tidak terkontaminasi oleh kepentingan lainnya.

Ia memotong pembicaraan ku dan berkata kepadaku: saya mengetahui itu semua, tetapi setan itu kuat dan kuat sehingga dapat mengalahkan ku dan aku pun menuruti apa yang dia katakan kepadaku, lantas apa yang harus aku lakukan supaya dapat mengalahkannya? Saya berkata kepadanya: saudaraku tercinta.

Ingatlah, bahwasanya masih ada orang yang lebih pahit cobaan nya dari pada anda. Jika anda hidup sendirian sebagai bujangan yang tidak memiliki  pekerjaan sehingga anda tidak memiliki mata pencaharian, dan untuk makanmu, maka ketahuilah bahwa disana ada sejumlah keluarga yang tidak punya mata pencaharian, namun menahan diri untuk tidak meminta-minta kepada orang lain. Bagi orang yang tidak tahu, akan mengira bahwa mereka itu adalah orang-orang kaya karena tidak meminta-minta kepada orang lain, tapi walaupun demikian, ketika berbaur dengan orang lain anda akan heran, bagaimana mereka tertawa, bercanda ria dan giat berdakwah, tetap bisa beribadah, bahkan bertambah dekat kepada Allah. Mungkin anda akan tercengang ketika mengetahui bahwa orang-orang semacam mereka itu tak punya mata pencaharian yang tetap dan pakaiannya pun hanya yang melekat di badan mereka. Rasulullah s.a.w. telah berwasiat agar kita, ketika sedang ditimpa musibah, melihat kepada yang dibawah kita. Itu akan dapat meringankan musibah yang kita derita itu.

Saudaraku tercinta, ketahuilah bahwa Allah s.w.t. menimpakan cobaan kepada seseorang jika Dia melihatnya telah melakukan kemaksiatan, agar dia mau kembali kepada-Nya dan bertambah dekat dengan-Nya hingga Dia mengampuni dosa-dosanya itu. Dan ketahuilah bahwa seseorang itu diberi cobaan sesuai dengan kadar keimanan nya.

Dan jangan lupa bahwa setiap musibah yang menimpa seorang muslim baik itu kegundahan, kegelisahan, bencana, kesedihan penyakit, dan luka, itu semua berpahala, dan hal itu dapat menghapus dosa-dosanya.

Mukanya berbinar-binar sambil mengusap deraian air matanya, dan berkata dengan perasaan penuh kegembiraan: apakah benar itu akan dapat menghapus dosa-dosanya dan berpahala? Lalu saya katakan: ya, sebenarnya urusan seorang muslim itu semuanya baik dan tidak pernah merugi sama sekali, hal itu pun semakin menambah kegembiraannya dan saya berkata kepadanya: saya tutup perkataanku dengan menyampaikan saran, jangan lupa berdoa dan merendahkan diri kepada-Nya di saat melakukan sujud agar Dia memberimu kekuatan iman, kesabaran, dan menolongmu dalam menghadapi setan, benar bahwa setan itu kuat, tetapi Allah lebih kuat, maka, siapa yang berlindung kepada Allah, niscaya Dia menolongnya dalam menghadapi setan.[]

Abdul Hamid al-Bilaly



Baca Selengkapnya..

Minggu, 14 Oktober 2012

Doa Dan Realita

Ketika ada seseorang meminta segelas air dari orang lain, tapi, ketika air itu diberikan kepadanya dia menolak air itu, maka, sebutan apa yang cocok bagi orang seperti itu? Dan ketika jiwa orang itu berulang-ulang meminta air dari orang tersebut, tapi setiap kali dia memberikannya saat itu juga orang itu menolaknya.. apakah dia dinamakan sebagai orang gila, stres, pembohong, suka bermain?

Sangat mungkin sekali orang itu diberi sebutan apa pun di antara sebutan-sebutan tersebut atau yang mirip dengannya.. Jutaan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia mengerjakan shalat dan mereka semua juga membaca surah al- Fatihah yang merupakan salah satu rukun shalat yang tidak akan sah shalat itu kecuali dengan membaca surah ini. Mereka membacanya dalam sehari sebanyak tujuhbelas kali, diluar sunah-sunah rawatib yang otomatis menambah jumlah bacaannya ini, ini artinya, bahwasanya mereka mengulang-ulang doa setiap kali membaca,
"Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5)

Pada kenyataannya, sebagian besar mereka tidak mengucapkan demikian,... memang, lisan mereka mengatakan ya Tuhan "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah," maksudnya hanya kepada- Mu kami tunduk, hanya kepada-Mu kami taat, hanya kepada-Mu kami mengikuti dan hanya kepada-Mu kami berserah diri, kami patuh dan tidak takut kecuali hanya kepada-Mu, kami tidak berharap kecuali hanya kepada-Mu, kami tidak tunduk kecuali hanya kepada peraturan-Mu dan kami tidak takut kecuali hanya kepada-Mu.

Tapi realita diri mereka sendiri tidak mengatakan demikian, mereka tunduk kepada manusia, patuh kepada orang-orang yang membuat aturan-aturan manusiawi yang tidak berdasarkan pada peraturan Allah, mereka bergetar saat di teror sesama manusia, dengan memutuskan penghasilan,  atau di teror dengan pembunuhan, mereka menjadikan selain Allah sebagai tuhan-tuhan yang mereka patuhi, mereka merendahkan diri dan takut kepadanya, tunduk kepadanya, dan menyerahkan diri mereka kepadanya. Sesungguhnya hawa nafsu mereka, para pemimpin mereka, syahwat mereka , wanita mereka, harta mereka, pakaian mereka, kendaraan mereka, binatang ternak mereka, kedudukan mereka, dan semua perhiasan yang ada dimuka bumi ini adalah tuhan-tuhan selain Allah, walaupun demikian selama sehari penuh mereka mengatakan lebih dari tujuhbelas kali "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah."

Dan mereka mengatakan, "Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan," maksudnya bahwasanya kami ya Tuhan, jika tertimpa musibah, cobaan, membutuhkan pertolongan, dan saat kami lemah, kami tidak menghadapkan diri kami kepada seorang pun selain Engkau untuk memohon pertolongan dan agar kami selamat dari musibah tersebut. Tetapi realita tidak mengatakan demikian, sesungguhnya jika mereka ditimpa musibah atau kesulitan hidup, mereka menghadapkan diri mereka kepada sesama makhluk sebelum menghadap kepada sang Khaliq (Pencipta), dan mereka meyakini bahwasanya makhluk itu memiliki kemampuan mendatangkan manfaat atau bahaya, mereka sama sekali lalai untuk menghadapkan diri, kembali dan bersimpuh dihadapan Allah, padahal sesungguhnya mereka mengatakan "Tunjukilah kami jalan yang lurus." (QS. Al-Fatihah: 6)

Yaitu jalan yang dilalui oleh para salafus shalih; para pengikut nabi-nabi, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat. Tapi realita tidak  mengatakan demikian, mereka masih tetap melakukan kemaksiatan, masih melakukan riba, zina, memandang apa-apa yang diharamkan Allah, berbohong, membicarakan keburukan orang lain, mengadu domba, menipu, kedengkian yang memenuhi hati mereka dan lemah semangat, mempertuhankan dunia dan tidak memiliki komitmen, lalu petunjuk yang mana yang mereka kehendaki??

Apakah hal ini berarti bahwa jutaan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia itu berbohong kepada Allah, dan menipu-Nya sebanyak tujuhbelas kali dalam sehari, dan keadaan mereka seperti orang gila yang meminta air dari orang yang memilikinya tetapi ketika diberi dia menolaknya. Apakah itu merupakan kebiasaan yang telah dominan hingga mencabut hubungan antara perkataan dan perbuatan, dan ini merupakan penyakit jiwa yang tidak dikenali  ataukah merupakan kebohongan yang menyelimuti kehidupan kita, sehingga kita tidak bisa membedakan antara dusta kepada manusia dengan dusta kepada Allah, ataukah itu merupakan materialisme yang telah menyelimuti hati hingga menjadi seperti penyakit kronis yang membutakan penglihatan manusia dari pandangan yang hakiki dan dari kecermatan, ataukah itu merupakan kemaksiatan-kemaksiatan yang membuat hati menjadi buta? Ataukah itu merupakan kumpulan dari semua itu? Jika hal ini benar, maka ini benar-benar merupakan  bencana yang melanda umat ini.

Allah s.w.t berfirman, "Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.: (QS. Ash-Shaff: 3) []


Abdul Hamid al-Bilaly


Baca Selengkapnya..

Minggu, 07 Oktober 2012

Cara Membagi Hukuman

Ada-ada saja siasat Abunawas ini untuk lolos dari segala tipu daya lawan serta ujian raja. Sang raja meminta untuk menghadirkan ibu Abunawas di hadapannya meski raja tahu bahwa kalau ibunya Abunawas ini telah meninggal.



Kisahnya, Pada suatu pagi yang cerah, Abunawas datang ke istana karena dipanggil untuk menemani sang raja yang sudah lama kangen akan cerita lucu Abunawas.

Mereka berbincang-bincang dengan riang gembira. Setelah sekian lama berbincang, raja tiba-tiba saja ingin menguji kepandaian Abunawas.
“Wahai Abunawas, besok bawalah ibumu ke istanaku, nanti engkau akan aku beri hadiah seratus dinar,” kata raja harun Ar-Rasyid.


Abunawas kaget sekali mendengar titah rajanya. Bagaimana tidak, raja sudah tahu kalau ibunya telah lama meninggal dunia, bahkan raja ikut melayat ke rumah Abunawas. Namun, karena iming-iming hadiah yang sangat menggiurkan itu, Abunawas bukannya mengelak malah dia menyetujui permintaan raja tersebut.

Sesampainya di rumah, Abunawas sangat sibuk sekali untuk mencari seorang wanita tua yang kemudian nantinya akan dijadikan ibunya dan dibawa ke istana.

Setelah lama mencari, akhirnya orang yang diinginkan akhirnya ketemu juga. Dengan panjang lebar Abunawas menjelaskan maksudnya kepada perempuan itu. Ia pun berjanji akan membagi hadiah yang akan diterimanya dengan adil, separuh-separuh. Tanpa pertimabangan lagi, perempuan itu menyetujui permohonan Abunawas.

Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Abunawas sudah sampai di istana sambil menggendong seorang perempuan tua.

“Wahai Abunawas, diakah ibumu?” tanya sang raja.
“benar Tuanku, inilah ibuku. beliau sudah tua dan kakinya lemah sehingga hamba harus menggendongnya ke istana,” tutur Abunawas.

“Benarkah engkau ibunya Abunawas? Awas ya kalau bohong, maka akan aku hukum dirimu,” tanya raja kepada perempuan tua itu.

Begitu mendengar ucapan rajanya, perempuan itu ketakutan sekali, sehingga ia membuat pengakuan yang sebenarnya, bahwa semua itu adalah sandiwara Abunawas untuk mendapatkan hadiah dari raja.

Raja Harun tertawa cekikian dan akan menghukum abu nawa 100 kali pukulan sebagai hukumannya. “Karena engkau berjanji kepadaku akan membawa ibumu ke sini, aku pun berjanji akan memberimu hadiah seratus dinar, akan tetapi engkau tidak bisa memenuhi janjimu. Dari itu, engkau harus dihukum dengan100 kali pukulan,” kata raja.

Dalam kondisi terdesak itu, Abunawas dengan susah payah memeras otak agar terhindar dari hukuman. Sejenak kemudian, ia sudah menemukan cara ampuh untuk lepas dari hukuman itu. “Wahai Tuanku, hamba berjanji dengan perempuan tua itu akan membagi hadiah yang akan paduka berikan dengan sama rata.

“Karena sekarang hamba dihukum 100 kali pukulan, biarlah yang 50 pukulan saya terima, sedangkan yang 50 pukulan lagi tolong diberikan kepada perempuan tua itu,” kilah Abunawas.

Dalam hati raja berguman, “Jangankan dipukul 50 kali, dipukul satu kali saja perempuan tua ini tidak akan mampu berdiri.” Akhirnya raja mengambil keputusan bahwa uang yang 50 dinar diberikan kepada perempuan tua itu.

Dalam keadaan tersebut, Abunawas menyela rajanya. “Ampun beribu ampun Paduka, jika ibuku telah mendapat hadiah dari Paduka, tidak adil kiranya kalau anaknya ini dilupakan begitu saja,” protes Abunawas.
:Hmmm….. ¦baiklah, terimalah pula bagianmu ini,” kata raja sambil memberikan uang 50 dinar kepada Abunawas

Baca Selengkapnya..

Sabtu, 06 Oktober 2012

7 Keajaiban Janin

Banyak orang belum tahu bahwa ketika jabang bayi dalam janin berusia lebih dari lima bulan, mereka sebenarnya sudah dapat berinteraksi dengan dunia di luar janin yang maha luas. Mereka dapat mendengar, merasakan, dan belajar. Ibarat seseorang yang berada dalam ruangan amphitheater yang supercanggih, lebih canggih dari kelas mana pun juga di dunia ini. 

Menurut Fred J. Schwartz, MD, ahli anestesi dari Piedmont Hospital in Atlanta, Georgia, selama dalam kandungan, bayi telah mampu melakukan 7 hal yang ajaib. Apakah itu? Ini dia;

1. Kebiasaan Menghisap Jempol
Jangan heran jika bayi Anda gemar menghisap jempol, karena ternyata kebiasaan ini sudah dimulai sejak dalam kandungan. Refleks isap ini membantu bayi saat akan menyusu, maka ibu tidak perlu lagi memaksakan untuk menyodorkan puting. Keahlian mengisap jempol ini sudah mulai sejak minggu ke-19 karena otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik, sehingga mampu membuat gerakan sadar seperti menghisap jempol.

2. Kebiasaan Berenang
Sejak bayi di dalam kandungan ia sudah terbiasa berada di dalam air selama 9 bulan, yaitu cairan ketuban. Bayi sedang senang-senangnya berenang di usia kehamilan 20 minggu. Saat ini bayi sedang membuat gerakan-gerakan aktif yang dapat dirasakan ibu, mungkin karena panjangnya baru separuh dari panjang lahir dan beratnya baru sekitar 340 gram, sehingga ia masih punya banyak ruang untuk berenang.

3. Kebiasaan Cegukan
Saat hamil, terkadang ibu merasakan gerakan continu di satu bagian perutnya. Bisa jadi saat itu janin sedang cegukan. Hal ini biasanya dirasakan sejak kandungan menginjak minggu ke-25. Hal ini menandakan bahwa janin sedang berlatih pernapasan. Saat ini janin menghirup dan mengeluarkan air ketuban, ketika air ketuban yang tertelan terlalu banyak maka ia akan cegukan. Hal ini sesuatu yang wajar.

4. Mendengar
Banyak yang menyarankan ibu hamil sering-sering berkomunikasi dengan janin dalam kandungannya. Hal ini benar, karena meski masih di dalam kandungan, janin sudah dapat mendengar suara ibunya sendiri dan suara orang lain di sekitarnya. Saat melakukan USG 4 dimensi, selain memeriksa kelengkapan organ tubuh, dokter juga akan meminta janin melakukan sesuatu dan melihat respon si janin. Misalnya, ketika janin sedang menunduk, ketika dokter meminta ia menegakkan kepala, ternyata janin bisa mengikuti perintah. Jadi sebaiknya ibu hamil berhati-hati dalam berkata-kata karena janin juga bisa mendengar jika ibunya sedang marah-marah. Hal ini terbukti dengan reaksi perut yang langsung mengencang.

5. Membedakan Terang dan Gelap
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi sejak dalam kandungan 27-28 minggu sudah bisa membuka matanya, sehingga sudah bisa membedakan antara gelap dan terang. Bisa terlihat ketika dokter menempelkan senter di perut, ia bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim. Bahkan janin bisa mengedipkan mata jika menurutnya terlalu silau atau terang.

6. Mengekspresikan Diri
Sejak dalam kandungan janin ternyata sudah bisa mengekspresikan diri sesuai dengan yang sedang dirasakan ibunya. Jika ibu dalam keadaan bahagia, duduk santai sambil mendengarkan musik, maka janin juga akan merasakan kebahagiaan tersebut sehingga ia akan tersenyum. Sebaliknya, jika ibu sedang stres, maka janin akan menyengitkan dahi. Lihat saja pada potret USG 4 dimensi bayi Anda.

7. Belajar Dua Bahasa
Ternyata, bayi di dalam kandungan bisa belajar memahami bahasa yang sering ia dengar, bahkan hingga dua bahasa sekaligus. Dan kemampuan ini terbawa hingga mereka lahir. Dalam sebuah penelitian yang dimuat di Psychological Science, bayi yang terbiasa mendengar dua bahasa selama dalam rahim ibunya kelak akan lebih mudah belajar dua bahasa. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian psikolog dari Universitas of British Columbia dan Organization for Economic Cooperation and Development di Perancis.

Baca Selengkapnya..

Coment Here . . . ! ! !

Yanto Biggoss © 2008 Template by:
SkinCorner