Minggu, 30 September 2012

Ada Penampakan Hantu Perang Dunia II di Foto Ini?

VIVAnews - Ini kisah nyata yang terjadi di Kalimantan Utara tahun 1945 lalu, di tengah Perang Dunia II. Buruh dan tawanan perang dipaksa berbaris dari Sandakan menuju Ranau, di bawah todongan senjata tentara Jepang. 

Kondisi mereka memprihatinkan, gizi buruk akibat kurang makan dan kelelahan. Bertelanjang kaki, para tawanan menempuh jarak 160 mil di tengah cuaca terik, selama satu bulan.

Siapa yang rubuh karena kelelahan dibiarkan merenggang nyawa, ditembak, ditusuk bayonet, bahkan disembelih. Sungguh siksaan tak terperi. Bahkan dikisahkan, untuk bertahan hidup para tawanan terpaksa menjadi kanibal, memakan mayat temannya sendiri.

Tiga kali pemberangkatan semua berakhir tragis, lebih dari 3.600 orang Indonesia dan Filipina yang diperbudak dan 2.400 tawanan perang tentara Sekutu kebanyakan dari Australia tewas. Hanya enam tentara Australia yang selamat, berhasil melarikan diri.

Tragedi sejarah yang terlupakan itu kini kembali mengemuka, lewat selembar foto.

Pada tahun 2010 lalu, seorang pensiunan tentara Inggris, Mayor John Tulloch melakukan napak tilas ke rute maut para tawanan perang. Ia mengira kamera yang ia jepretkan dari mobil yang melaju merekam rute berliku "barisan kematian" yang mengambil banyak nyawa 70 tahun silam.

Justru kejutan yang ia dapatkan. Saat melihat gambar itu, ia menjumpai bayangan putih, kerangka bungkuk yang berbaris, persis di rute yang diambil para tawanan tujuh dekade lalu. Gambar mengerikan itu kembali mengingatkan kondisi mengerikan "barisan maut".

"Kami sedang berkendara di sepanjang rute maut, saya mengambil sekitar 200 gambar lewat kamera digital," kata dia, seperti dimuat Daily Mail, Kamis 27 September 2012.

Saat gambar itu dilihat di layar komputer ada penampakan aneh. "Saya merinding saat melihat 17 sampai 18 sosok hantu seakan ke luar dari hutan dan berjalan menyusuri rute menuju Ranau," kata dia.

Gambar itu ia tunjukkan ke sejumlah orang, beberapa dari mereka menyebutnya luar biasa, yang lain menolak untuk melihatnya, takut dihantui.

Tapi benarkah itu foto hantu?

Diduga ilusi fotografis itu dihasilkan dari refleksi handuk bermotif yang ada di dashboard mobil di mana dia mengambil gambar.
"Pemandu saya menaruh handuk di dashboardnya. Pola handuk itu tercermin lewat kaca," kata Tulloch. Namun, karena diambil di lokasi yang tepat, "saya  menyebutnya refleksi dari barisan kematian." (umi)

Baca Selengkapnya..

Jumat, 28 September 2012

Strategi Maling

Tanpa pikir panjang Abu Nawas memutuskan untuk menjual keledai kesayangannya. Keledai itu merupakan kendaraan Abu Nawas satu-satunya. Sebenarnya ia tidak tega untuk menjualnya. Tetapi keluarga Abu Nawas amat membutuhkan uang. Dan istrinya setuju.

Keesokan harinya Abu Nawas membawa keledai ke pasar. Abu Nawas tidak tahu kalau ada sekelompok pencuri yang terdiri dari empat orang telah mengetahui keadaan dan rencana Abu Nawas. Mereka sepakat akan memperdaya Abu Nawas. Rencana pun mulai mereka susun.

Ketika Abu Nawas beristirahat di bawah pohon, salah seorang mendekat dan berkata, “Apakah engkau akan menjual kambingmu?”

Tentu saja Abu Nawas terperanjat mendengar pertanyaan yang begitu tiba-tiba.

“Ini bukan kambing.” kata Abu Nawas.

“Kalau bukan kambing, lalu apa?” tanya pencuri itu selanjutnya.

“Keledai.” kata Abu Nawas.

“Kalau engkau yakin itu keledai, jual saja ke pasar dan dan tanyakan pada mereka.” kata komplotan pencuri itu sambil berlalu. Abu Nawas tidak terpengaruh. Kemudian ia meneruskan perjalanannya.

Ketika Abu Nawas sedang menunggang keledai, pencuri kedua menghampirinya dan berkata.”Mengapa kau menunggang kambing.”

“Ini bukan kambing tapi keledai.”

“Kalau itu keledai aku tidak bertanya seperti itu, dasar orang aneh. Kambing kok dikatakan keledai.”

“Kalau ini kambing’ aku tidak akan menungganginya.” jawab Abu Nawas tanpa ragu.

“Kalau engkau tidak percaya, pergilah ke pasar dan tanyakan pada orang-orang di sana.” kata pencuri kedua sambil berlalu.

Abu Nawas belum terpengaruh dan ia tetap berjalan menuju pasar.

Pencuri ketiga datang menghampiri Abu Nawas,”Hai Abu Nawas akan kau bawa ke mana kambing itu?”

Kali ini Abu Nawas tidak segera menjawab.la mulai ragu, sudah tiga orang mengatakan kalau hewan yang dibawanya adalah kambing.

Pencuri ketiga tidak menyia-nyiakan kesempatan. la makin merecoki otak Abu Nawas, “Sudahlah, biarpun kau bersikeras hewan itu adalah keledai nyatanya itu adalah kambing, kambing ……. kambiiiiiing !”

Abu Nawas berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah pohon. Pencuri keempat melaksanakan strategi busuknya. la duduk di samping Abu Nawas dan mengajak tokoh cerdik ini untuk berbincang-bincang.

“Ahaa, bagus sekali kambingmu ini…!” pencuri keempat membuka percakapan.

“Kau juga yakin ini kambing?” tanya Abu Nawas.

“Lho? ya jelas sekali kalau hewan ini adalah kambing. Kalau boleh aku ingin membelinya.”

“Berapa kau mau membayarnya?”

“Tiga dirham!”

Abu Nawas setuju. Setelah menerima uang dari pencuri keempat kemudian Abu Nawas langsung pulang. Setiba di rumah Abu Nawas dimarahi istrinya.

“Jadi keledai itu hanya engkau jual tiga dirham lantaran mereka mengatakan bahwa keledai itu kambing?” Abu Nawas tidak bisa menjawab. la hanya mendengarkan ocehan istrinya dengan setia sambil menahan rasa dongkol. Kini ia baru menyadari kalau sudah diperdayai oleh komplotan pencuri yang menggoyahkan akal sehatnya.

Abu Nawas merencanakan sesuatu. la pergi ke hutan mencari sebatang kayu untuk dijadikan sebuah tongkat yang nantinya bisa menghasilkan uang.. Rencana Abu Nawas ternyata berjalan lancar. Hampir semua orang membicarakan keajaiban tongkat Abu Nawas. Berita ini juga terdengar oleh para pencuri yang telah menipu Abu Nawas. Mereka langsung tertarik. Bahkan mereka melihat sendiri ketika Abu Nawas membeli barang atau makan tanpa membayar tetapi hanya dengan mengacungkan tongkatnya. Mereka berpikir
kalau tongkat itu bisa dibeli maka tentu mereka akan kaya karena hanya dengan mengacungkan tongkat itu mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Akhirnya mereka mendekati Abu Nawas dan berkata, “Apakah tongkatmu akan dijual?”

“Tidak.” jawab Abu Nawas dengan cuek.

“Tetapi kami bersedia membeli dengan harga yang amat tinggi.” kata mereka.

“Berapa?” kata Abu Nawas pura-pura merasa tertarik.

“Seratus dinar uang emas.” kata mereka tanpa ragu-ragu.

“Tetapi tongkat ini adalah tongkat wasiat satu-satunya yang aku miliki.” kata Abu Nawas sambil tetap berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya.

“Dengan uang seratus dinar engkau sudah bisa hidup enak.” Kata mereka makin penasaran.

Abu Nawas diam beberapa saat sepertinya merasa keberatan sekali. “Baiklah kalau begitu.” kata Abu Nawas kemudian sambil menyerahkan tongkatnya.

Setelah menerima seratus dinar uang emas Abu Nawas segera melesat pulang. Para pencuri itu segera mencari warung terdekat untuk membuktikan keajaiban tongkat yang baru mereka beli. Seusai makan mereka mengacungkan tongkat itu kepada pemilik kedai. Tentu saja pemilik kedai marah. “Apa maksudmu mengacungkan tongkat itu padaku?”

“Bukankah Abu Nawas juga mengacungkan tongkat ini dan engkau membebaskannya?” tanya para pencuri
itu.

“Benar. Tetapi engkau harus tahu bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang kepadaku sebelum makan di sini!”

“Gila! Temyata kita tidak mendapat keuntungan sama sekali menipu Abu Nawas. Kita malah rugi besar!” umpat para pencuri dengan rasa dongkol.
Baca Selengkapnya..

Tipu Di Balas Tipu

Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.

Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan salat Dhuha. Setelah dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai.

Seusai salat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya bercakap-cakap sejenak.

“Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami.” kata Ahli Yoga.

“Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?” tanya Abu Nawas polos.

“Besok pagi.” kata Pendeta.

“Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok.” kata Abu Nawas menyanggupi.

Hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal.

“Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian.” kata Pendeta. Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, “Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga.”

“Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa.” kata Ahli Yoga.

“Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian terserah pada kalian.” kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.

“Aku tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun:” kata Pendeta.

“Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka.” kata Ahli Yoga.

“Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma Dan derma itu sekarang telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengijinkan aku mengambil bagian sendiri. Itu tidak masuk akal.” kata Abu Nawas mulai merasa jengkel. Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak mengijinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi haknya.

Abu Nawas penasaran. la mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak.

Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.

“Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian.” kata Pendeta kepada Abu Nawas.

“Perjanjian apa?” tanya Abu Nawas.

“Kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit.” Pendeta itu menjelaskan.

Abu Nawas setuju. la tidak memberi komentar apa-apa.

IVfalam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu
hinggatidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.

Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita, “Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirvana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini.”

Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betulbetul luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.

“Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya.”

Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam. la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.

Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dai Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.

“Kalian tentu tahu Nabi Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli berpuasa. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera
berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu.” kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.

Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu sama lain.

Kejengkelan Abu Nawas terobati.

Kini mereka sadar bahwa tidak ada gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan mendapat celaka sendiri.


Baca Selengkapnya..

Taruhan Yang Berbahaya

Berikut ini adalah kisah atau dongeng menarik yang cocok untuk di sampaikan kepada anak anak, remaja, pemuda bahkan pada orang tua, pria muda dan wanita. Kisah hikmah, Kisah renungan bisa membuat kita sadar dan bisa jadi hiburan, begitu pula dengan kisah lucu, cerita humor yang bisa di jadikan hiburan juga sebagai pelajaran.  Saya berharap dengan kisah ini nantinya kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran untuk kemudian kita ambil hikmahnya sebagai bekal untuk hidup baik di masa sekarang dan yang akan datang, amin... Selamat Membaca dan semoga bermanfaat. Jangan lupa jika kisah ini bagus dan bermanfaat silahkan beritahu teman jika kurang bermanfaat silahkan hubungi admin .

Hikayat Abu Nawas – Taruhan Yang Berbahaya

Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke warung teh kawan-kawannya sudah berada di situ. Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu Nawas.

“Nah ini Abu Nawas datang.” kata salah seorang dari mereka.

“Ada apa?” kata Abu Nawas sambil memesan secangkir teh hangat.

“Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya.” kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.

“Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Swt.” kata Abu Nawas menentang.

“Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?” tanya kawan Abu Nawas.

“Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung.” kata Abu Nawas memberitahu.

“Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?”

“Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?” Abu Nawas ganti bertanya.

“Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala engkau pantati.” kata mereka. Abu Nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu.

Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.

Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.

Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang rajaraja dari negeri sahabat.

Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas. Kawan-kawan Abu Nawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena Abu Nawas tidak hadir. Namun temyata mereka keliru. Abu Nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk di tempat yang paling
belakang.

Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato. Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidatonya. Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat Abu Nawas duduk sendirian di tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya, “Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?”

“Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini.” kata Abu Nawas.

“Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk di atas tanah.” Baginda Raja menyarankan.

“Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet.”

Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas. Karena Baginda melihat sendiri Abu Nawas duduk di atas lantai. “Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas?” tanya Baginda masih bingung.

“Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi.” Kata Abu Nawas seolah-olah menyimpan misteri.

“Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa.” kata Baginda Raja bertambah bingung.

“Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas sambil beringsut-ringsut ke depan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya. Abu Nawas kini seolah-olah memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abu Nawas, Baginda Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para undangan.

Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan Abu Nawas merasa kagum.

Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk Abu Nawas.



(SELESAI)
Baca Selengkapnya..

Kamis, 27 September 2012

5 Langkah Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat

Mengapa Harus Menjadi Pribadi Yang bermanfaat?

Menarik sekali, banyak tulisan yang membahas pentingnya menjadi pribadi yang bermanfaat. Mengapa banyak orang yang tertarik tentang bahasan ini, sebab ini salah satu perintah Rasulullah saw kepada umatnya. Sabda beliau:

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (H.R Ahmad, Thabrani, Dharuqutni Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Seorang Muslim lebih diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. Ini adalah bagian dari Implementasi konsep Islam yang penuh cinta, yaitu memberi.


Selain itu, manfaat yang kita berikan kepada orang lain, semuanya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (Q.S 17:7)

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq'alaih)

Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu'min dari berbagai kesulitan2 dunia, Allah akan menyelesaikan kesulitan2nya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat. (H.R Muslim)

Setelah mengetahui manfaat"menjadi pribadi yang bermanfaat". pertanyaanya adalah bagaimana caranya agar kita menjadi pribadi yang bermanfaat?


Langkah-Langkah Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat

Langkah #1: Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah kemauan

Kuncinya adalah kemauan, kemauan kita memberikan manfaat kepada orang lain. Jika kita punya harta, kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan harta. Jika kita punya ilmu, kita bisa memberikan manfaat ilmu kepada orang lain. Jika kita punya tenaga, kita bisa memberikan manfaat dari tenaga kita kepada orang lain.

Ini adalah langkah awal, kita harus memiliki kemauan untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Bagaimanapun kondisi kita. Jangan malah mencari-cari cara untuk mendapatkan manfaat dari orang lain bahkan memanfaatkan orang lain.

Jika kita mau, bagaimanapun kondisi kita, kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Langkah #2: Take Action Now

Apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk memberikan manfaat kepada orang lain? kita bisa share artikel ini melalui facebook atau twitter kita. Ini jauh lebih memberikan manfaat kepada teman-teman kita daripada kita update status yang tidak penting bahkan hanya berisi keluhan dan caci maki.

Lihat sekitar kita, adakah yang bisa kita bantu, adakah yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki lingkungan, rumah, atau kantor kita? Akan banyak yang bisa kita lakukan untuk memberikan manfaat kepada orang lain.

Langkah #3: Biasakanlah Memberikan Manfaat, Jadikan Gaya Hidup Kita

Jika memberikan manfaat kepada orang sudah menjadi kebiasaan hidup kita, maka kita sudah menjadi pribadi yang bermanfaat. Pada langkah #2, kita baru disebutkan melakukan kebaikan(belum menjadi akhlaq), namun jika sudah menjadi kebiasaan dan menjadi gaya hidup kita, maka kita sudah menjadi pribadi yang bermanfaat.

Ini yang kadang dilupakan orang. Banyak yang hanya membahas sampai melakukan kebaikan dengan cara membantu orang lain. Namun itu belum menjadi kepribadian, baru sebatas mau melakukan. Sebuah tindakan, akan menjadi akhlaq saat kita sudah melakukan dengan biasa tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Kita memberi, belum tentu kepribadian kita. Namun jika kita sudah biasa memberi dan menjadi gaya hidup kita, barulah disebut kepribadian.

Langkah #4: Tingkatkan Manfaat Diri Kita

Harus ditingkatkan? Tentu saja, sebab menurut hadits diatas, tidak hanya mengatakan menjadi pribadi yang bermanfaat, tetapi ada kata superalif yaitu Paling. Artinya: Kita ditantang untuk menjadi juara dalam kebaikan. Kita harus menjadi yang paling memberikan manfaat kepada orang lain. Bukan sekedar memberikan manfaat.

Bagaimana cara meningkatkan manfaat diri kita? Ya, Kita harus meningkatkan kuantitas dan kualitas kebaikan kita. Kuantitas bisa dillihat dari frekuensi dan besarnya apa yang kita berikan kepada orang lain. Sementara kualitas manfaat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas diri kita, yaitu dengan meningkatkan keterampilan dan kemampuan kita, sehingga apa yang kita berikan akan bermanfaat.

Langkah #5: Raih Manfaatnya Untuk Kita Juga

Jangan sampai, kita memberikan manfaat tetapi tidak memberikan manfaat untuk diri kita sendiri. Bukan, saya bukan mengatakan berharap dari orang yang kita berikan manfaat. Bukan itu. Namun, yang saya maksud adalah kita harus menghindari semua dari penghapus pahala amal, itu ketidak ikhlasan atau riya'.

Jadi, agar kita benar-benar mendapatkan dari manfaat yang kita berikan kepada orang lain, kita harus ikhlas. Ikhlas adalah kunci diterimanya amal. Dan hanya amal yang diterima Allah SWT yang akan memberikan manfaat kepada kita dunia dan akhirat.

Niatkan, bahwa apa yang kita lakukan hanya karena Allah, bukan karena ingin disebut pribadi yang bermanfaat (pujian). Penyakit riya sungguh tidak terlihat, sangat samar, sehingga kita harus hati-hati.

Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya (QS Al-zalzalah:7)

Itulah kelima langkah menjadi pribadi yang bermanfaat, bahkan paling bermanfaat.

Semoga bermanfaat.


Baca Selengkapnya..

Rabu, 26 September 2012

Banyak Yang Ingin Berubah Tapi Sedikit Yang Belajar Cara Berubah

Ya, ini kenyatanya,
banyak yg ingin berubah, tetapi dia tak pernah belajar cara berubah.
Banyak orang yg ingin berubah dengan menuntut orang lain, pemerintah, kondisi, bahkan dunia, jika perlu, agar berubah mengikuti keinginan dia sendiri. Satu hal yg dia lupakan, padahal paling penting, dan yg paling mudah yaitu menuntut dirinya untuk berubah.

Mengubah diri sendiri jauh lebih mudah, dibandingkan mengubah orang lain.
Jangankan mengubah milyaran orang, jutaan, ribuan, ratusan, puluhan, bahkan satu orang pun susah.
Namun Anda bisa mengubah diri Anda Sendiri jika Anda mau.

Jika menyibukan diri untuk melakukan yg sulit atau tidak mungkin, yaitu mengubah dunia agar sesuai dengan keinginan Anda, maka hidup Anda akan sia-sia.

Rahasia Sukses Sejati

Sebagai contoh, Anda ingin sukses dalam karir, kemudian berharap semua orang senang dengan pekerjaan Anda, berharap semua orang senang dengan jerih payah Anda, dan semua orang mengakui kepemimpinan Anda. Bisakah?
Tidak, Anda tidak bisa memaksa orang lain, karena mereka memiliki hak untuk bersikap.

Namun, akan lebih bijak, jika Anda mulai mengubah diri Anda sendiri.

Jika Anda berharap karir yg lebih baik, maka ubahlah diri Anda. Ubahlah cara Anda melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Ubahlah diri Anda agar menjadi pribadi yg lebih terampil. Ubahlah diri Anda agar menjadi orang yg memiliki jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab. Maka, sikap orang lain bisa berubah jika di awali perubahan Anda.

Begitu juga dalam bisnis, Anda tidak bisa memaksa semua orang untuk menyukai produk atau jasa Anda.
Namun Anda bisa mengubah produk atau jasa Anda serta cara melayani Anda sehingga disukai orang.

inilah rahasia sukses sejati, yaitu kemauan mengubah diri dan mengetahui cara berubah mulai dari diri sendiri.

Inilah Cara Berubah Yang Sebenarnya

OK, akan saya bahas cara berubah langkah demi langkah, Cara berubah ini dijamin berhasil karena ini ajaran manusia paling agung sepanjang zaman, yang tidak akan berkurang kemuliaanya sedikitpun meski seluruh mahluq menghinakannya. Beliau adalah Baginda Rasulullah shaalallaahu wa alaihi wa sallam.

tidaklah akan istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah 
hatinya, dan tidak akan istiqomah hatinya sampai istiqomah lisanya (H.R Ahmad dihasankan oleh syaikh al-Albany dalam shahih atTarghib wa Tarhiib)

Apapun tindakan Anda, akan berdasarkan keimanan Anda atau apa yang Anda percayai. Kualitas dan arah tindakan Anda tergantung kepercayaan-kepercayaan yang Anda miliki. Sementara keberhasilan kita adalah buah dari tindakan. Jadi, jika ingin mengubah hasil, Anda harus mengubah tindakan-tindakan Anda, dan Anda bisa mengubah tindakan-tindakan Anda jika Anda mengubah iman atau kepercayaan Anda.

Hati Adalah Pusat Perubahan
Dalam hadits diatas dikatakan bahwa untuk mengubah iman, maka kita harus merubah hati kita. Jika hati kita baik, maka semuanya akan baik sebagaimana dijelaskan melalui hadits ini:

Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah(segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya, Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati. 
(H.R Bukhari dan Muslim)

lalu bagaimana cara merubah hati?

Masih melalui hadits diatas, bahwa tidak akan istiqomah hati  jika lisannya tidak istiqomah, Artinya cara mengubah hati itu diantaranya adalah mengubah lidah kita. Misalnya membaca Al Quran, dzikir dan berkata baik.

Cara mengubah hati dikenal dengan ilmu Tazkiyatun Nafs. Sudah banyak buku-buku yang ditulis para ulama tentang ini, termasuk yang ditulis oleh Imam Ghazali, Ibnul Qoyyim, dan berbagai buku yang ditulis ulang oleh ulama-ulama masa kini. Silahkan Anda cari, kemudian baca dan aplikasikan jika Anda peduli dengan hati Anda.

Aplikasi Dalam Meraih Sukses

Nah, sekarang bagaimana jika kita ingin meraih sukses dalam karir dan bisnis. Tentu saja dalam rangka meraih sukses di akhirat.
Banyak yang mengatakan, sukses itu yang penting kita mau bertindak. Ternyata tidak, sebab kita mengetahui tindakan dengan iman akan berbeda jika dibandingkan tindakan tanpa iman. Sama halnya untuk aspek kehidupan dunia, bahwa tindakan Anda akan tergantung pada kepercayaan Anda. Kepercayaan Itu Adalah Dasar Tindakan Anda.
Jika tindakan Anda ingin lebih bermutu dan memberikan hasil yang lebih baik, Anda harus memperkuat ketiga kepercayaan ini:
      1. Percaya bahwa Allah akan menolong Anda. Sehingga sebesar apa pun rintangan dan halangan 
          Anda, Anda tidak akan takut dan gentar lagi, sebab Allah akan menolong. Kepercayaan ini akan  
          membuat Anda lebih bersemangat, berani, dan pantang menyerah. 
       2. Percaya Pada Diri Sendiri(percaya diri). Percaya diri adalah buah dari keimanan bahwa Allah
           telah memberikan potensi yang dahsyat pada diri kita. Tugas selalu dengan bekalnya. Potensi kita
           (hati, akal, dan jasad) dipastikan sanggup untuk menghadapi setiap tantangan yang kita hadapi.  
           Semakin Anda percaya diri, akan semakin hebat tindakan Anda, ibaratnya seperti Anda mengunakan
           gigi mobil yang lebih tinggi, sehingga melaju lebih cepat.

      3. Percaya pada tujuan yang akan kita raih. Percaya bahwa tujuan itu ada, percaya bahwa tujuan itu
           bisa kita raih, dan percaya bahwa peluang-peluang itu ada. Percaya bahwa jika 
orang lain bisa, maka 
          Anda pun insya Allah akan bisa. Jika kita tidak bisa melihat tujuan, ibarat Anda berada disebuah
          ditempat
 yang gelap, Anda tidak akan bisa meraih tujuan, Anda bahkan tidak bisa memiliki keinginan
           karena tujuan tidak terlihat.

Semakin tinggi ketiga kepercayaan ini, yakinlah bahwa tindakan Anda akan semakin dahsyat.

Maka bentuklah hati Anda dengan kata-kata yang akan membangun 3 kepercayaan diatas, istiqomahlah dalam mengatakan kata-kata yang akan memperkuat ketiga kepercayaan itu, bukan yang memperlemahnya. Kadang, banyak orang yang malah fokus untuk menghancur keyakinan dengan kata-katanya seperti mengeluh, menuntut, memaki dan kata-kata kotor lainnya yang mengotori hari.

Bersihkan, perindah, dan perkuatlah kata-kata Anda agar hati Anda kuat dan bening, sehingga bisa memancarkan cahaya keimanan yang sangat kuat ke seluruh tubuh Anda, sehingga tindakan Anda pun akan semakin hebat.

Cara berubah itu mulai dari diri sendiri, yaitu bagaimana Anda mengubah kata-kata Anda.

Semoga bermanfaat, silahkan share dan bagikan.


   
Baca Selengkapnya..

Selasa, 25 September 2012

Menjadi Hakim Kasus Dua Ibu Berebut Bayi

Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda. Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu. Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan.

Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa. Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas.

Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat. Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi. Abu Nawas memanggil algojo dengan pedang di tangan. Abu Nawas memerintahkan agar bayi itu diletakkan di atas meja. "Apa yang akan kau perbuat terhariap bayi itu?" kata kedua perempuan itu saling memandang.

Kemudian Abu Nawas melanjutkan dialog. "Sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?"
"Tidak, bayi itu adalah anakku." kata kedua perempuan itu serentak. "Baiklah, kalau kalian memang sungguh-sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa membelah bayi itu menjadi dua sama rata." kata Abu Nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang, sedangkan perempuan kedua menjerit-jerit histeris. "Jangan, tolong jangan dibelah bayi itu. Biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada perempuan itu." kata perempuan kedua.

Abu Nawas tersenyum lega. Sekarang topeng mereka sudah terbuka. Abu Nawas segera mengambil bayi itu dan langsung menyerahkan kepada perempuan kedua. Abu Nawas minta agar perempuan pertama dihukum sesuai dengan perbuatannya. Karena tak ada ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih. Apalagi di depan mata.

"Abu Nawas kau hebat sekali," kata Baginda.
"Sebenamya tidak Baginda."
"Apa maksudmu?"
"Hamba hanya menirukan apa yang telah diperbuat oleh Nabi Sulaiman di masa muda, inilah gunanya kita membaca sejarah." Baginda Raja merasa puas terhadap keputusan Abu Nawas. Dan sebagai rasa terima kasih, Baginda menawari Abu Nawas menjadi penasihat hakim kerajaan. Tetapi Abu Nawas menolak. Ia lebih senang menjadi rakyat biasa.
Baca Selengkapnya..

Hadiah Untuk Tebakan Jitu

Baginda Raja Harun Al Rasyid kelihatan murung. Semua menterinya tidak ada yang sanggup menemukan jawaban dari dua pertanyaan Baginda. Bahkan para penasihat kerajaan pun merasa tidak mampu memberi penjelasan yang memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin mengetahui jawaban yang sebenarnya. Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar Abu Nawas saja yang memecahkan dua teka-teki yang membingungkan itu.

Tidak begitu lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia sulit tidur karena diganggu oleh keingintahuan menyingkap dua rahasia alam.
"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka maksudkan?" tanya Abu Nawas ingin tahu.
"Aku memanggilmu untuk menemukan jawaban dari dua teka-teki yang selama ini menggoda pikiranku." kata Baginda.

"Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki itu wahai Paduka junjungan hamba."
"Yang pertama, di manakah sebenarnya batas jagat raya ciptaan Tuhan kita?" tanya Baginda.
"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas tanpa sedikit pun perasaan ragu,
"Tuanku yang mulia," lanjut Abu Nawas "Ketidak terbatasan itu ada karena adanya keterbatasan. Dan keterbatasan itu ditanamkan oleh Tuhan di dalam otak manusia. Dari itu manusia tidak akan pernah tahu di mana batas jagat raya ini. Sesuatu yang terbatas tentu tak akan mampu mengukur sesuatu yang tidak terbatas."

Baginda mulai tersenyum karena merasa puas mendengar penjelasan Abu Nawas yang masuk akal. Kemudian Baginda melanjutkan teka-teki yang kedua. "Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak jumlahnya: bintang-bintang di langit ataukah ikan-ikan di laut?"
"Ikan-ikan di laut." jawab Abu Nawas dengan tangkas. "Bagaimana kau bisa langsung memutuskan begitu. Apakah engkau pernah menghitung jumlah mereka?" tanya Baginda heran. "Paduka yang mulia, bukankah kita semua tahu bahwa ikan-ikan itu setiap hari ditangkapi dalam jumlah besar, namun begitu jumlah mereka tetap banyak seolah-olah tidak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sementara bintang-bintang itu tidak pemah rontok, jumlah mereka juga banyak." jawab Abu Nawas meyakinkan.

Seketika itu rasa penasaran yang selama ini menghantui Baginda sirna tak berbekas. Baginda Raja Harun Al Rasyid memberi hadiah Abu Nawas dan istrinya uang yang cukup banyak.
Baca Selengkapnya..

Baginda Minta Mahkota dari Sorga

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak. Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. 

Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ. Ia bertanya kepada ulama itu. "Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?"

Ulama itu berpikir sejenak kemudian Ia berkata, "Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. Ia juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. Ia merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilingi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"

Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking indahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya.

Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana. Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil:

"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"
"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu.
"Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hamba ajukan."
"Sebutkan sarat itu." kata Baginda Raja.
"Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."
"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas.
"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu. "Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat.

Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat terlebih dahulu." Mendengar penjelasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi,

"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.
Baca Selengkapnya..

Abu Nawas Diusir dari Kota

Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja Harun Al Rasyid tadi malam menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeri kelahirannya sendiri. Abu Nawas tidak berdaya. Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggalkan negerinya tercinta hanya karena mimpi. Masih jelas terngiang-ngiang kata-kata Baginda Raja di telinga Abu Nawas.


"Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua. Ia mengenakan jubah putih. Ia berkata bahwa negerinya akan ditimpa bencana bila orang yang bemama Abu Nawas masih tetap tinggal di negeri ini. Ia harus diusir dari negeri ini sebab orang itu membawa kesialan. Ia boleh kembali ke negerinya dengan sarat tidak boleh dengan berjalan kaki, berlari, merangkak, melompat-lompat dan menunggang keledai atau binatang tunggangan yang lain."

Dengan bekal yang diperkirakan cukup Abu Nawas mulai meninggalkan rumah dan istrinya. Istri Abu Nawas hanya bisa mengiringi kepergian suaminya dengan deraian air mata. Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendarai keledainya. Bekal yang dibawanya mulai menipis. Abu Nawas tidak terlalu meresapi pengusiran dirinya dengan kesedihan yang tertalu mendalam. Sebaliknya Abu Nawas merasa bertambah yakin, bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segera menolong keluar dari kesulitan yang sedang melilit pikirannya. Bukankah tiada seorang teman pun yang lebih baik dari pada Allah SWT dalam saat-saat seperti itu?

Setelah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, ia mulai diserang rasa rindu yang menyayat-nyayat hatinya yang paling dalam. Rasa rindu itu makin lama makin menderu-deru seperti dinginnya jamharir.  Sulit untuk dibendung. Memang, tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpikir. Tetapi dengan akal apakah ia harus melepaskan diri? Begitu tanya Abu Nawas dalam hati. "Apakah aku akan meminta bantuan orang lain dengan cara menggendongku dari negeri ini sampai ke istana Baginda? Tidak akan ada seorang pun yang sanggup melakukannya. Aku harus bisa menolong diriku sendiri tanpa melibatkan orang lain."

Pada hari kesembilanbelas Abu Nawas menemukan cara lain yang tidak termasuk larangan Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, Abu Nawas berangkat, menuju ke negerinya sendiri. Perasaan rindu dan senang menggumpal menjadi satu. Kerinduan yang selama ia melecut-lecut semakin menggila karena Abu Nawas tahu sudah semakin dekat dengan kampung halaman. Mengetahui Abu Nawas bisa pulang kembali, penduduk negeri gembira.

Desas-desus tentang kembalinya Abu Nawas segara menyebar secepat bau semerbak bunga yang menyerbu hidung. Kabar kepulangan Abu Nawas juga sampai ke telinga Baginda Harun Al Rasyid. Baginda juga merasa gembira mendengar berita itu tetapi dengan alasan yang sama sekali berbeda.
Rakyat gembira melihat Abu Nawas pulang kembali, karena mereka mencintainya. Sedangkan Baginda Raja gembira mendengar Abu Nawas pulang kembali karena beliau merasa yakin kali ini pasti Abu Nawas tidak akan bisa mengelak dari hukuman.

Namun Baginda amat kecewa dan merasa terpukul melihat cara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda sama sekali tidak pemah membayangkan kalau Abu Nawas temyata bergelayut di bawah  perut keledai. Sehingga Abu Nawas terlepas dari sangsi hukuman yang akan dijatuhkan karena memang tidak bisa dikatakan telah melanggar larangan Baginda Raja. Karena Abu Nawas tidak mengendarai keledai.
Baca Selengkapnya..

Humor Sufi : Abu Nawas Dan Menteri Bertelur


Pada suat hari Sultan Harun al-Rasyid memanggil sepuluh orang Menterinya “Kalian tahu didepan Istana ini ada sebuah kolam.Aku akan memberikan masing-masing sebutir telur kepada kalian, menyelamlah kalian ke dalam kolam itu dan kemudian serahkanlah telur-telur itu kepadaku apabila kamu muncul kepermukaan. Aku ingin tahu kepandaian Abu Nawas.”Kemudian sultan menyuruh memanggil Abu Nawas ke Istananya.

Kepada Abu Nawas dan kesepuluh orang menterinya itu Sultan bertitah, “Kamu sekalian aku perintahkan turun ke dalam kolam itu, menyelam, dan apabila muncul kepermukaan serahkanlah kepadaku sebutir telur ayam. Barangsiapa tidak menyerahkan telur, niscaya mendapat hukuman dariku.”
gerobak telor lucu. Mencari telur didalam air? Pikir Abu Nawas, sambil memandang kepada Mentri-mentri itu. Mereka tampak takzim dan siap melaksanakan perintah. “Adakah ayam betina di dalam kolam itu?”

Hari pun malamlah, keesokan harinya, pagi-pagi benar, mentri-mentri itu menyelam ke dalam kolam, dan ketika muncul dari dalam kolam, masing-masing membawa sebutir telur dan menyerahkan kepada Sultan.

Abu Nawas tidak kunjung muncul di permukaan kolam, ia berenang kesana-kemari mencari telur. Di koreknya dinding kolam, namun tak juga ditemukannya. Setelah capek mengitari dasar kolam, terpikir dalam benaknya bahwa ia dianiaya oleh Sultan. Maka ia pun berdoa kepada Tuhan mohon keselamatan. Keluarlah ia dari kolam dan naik ke darat. Didepan Sultan ia berkokok-kokok dan berjalan laksana seekor ayam jantan.

“Hai, Abu Nawas mana janjimu? Kata Sultan, semua orang ini masing-masing telah menyerahkan sebutir telur kepadaku, hanya kamu yang tidak, oleh karena itu kamu akan aku beri hukuman.”

Sembah Abu Nawas, “Ya tuanku Syah Alam, yang mempunyai telur adalah ayam betina, hamba ini ayam jantan, membawa anak ayam jantan, lagi pula berkokok, telur hanya dapat dihasilkan oleh ayam betina. Jika ayam betina tidak berjantan, bagaimana ia akan dapat telur.”


Demi mendengar alasan Abu Nawas, Sultan pun tidak dapat berkata apa-apa karena memang sangat tepat. Sultan dan semua menterinya hanya bisa garuk-garuk kepala yang tidak gatal, karena tingkah Abu Nawas
Baca Selengkapnya..

Nasehat Abu Nawas untuk Sang Sultan


Ketika Sultan Harun Ar-Rasyid menunaikan ibadah haji, beliau sangat rindu pada Abu Nawas, sahabatnya. Pada Saat tiba di kota Kuffah, tiba-tiba terlihat oleh Sultan, Abu Nawas yang menaiki batang kayu, berlari-larian ke sana kemari dan diikuti anak-anak dengan riang. Wajah sang Sultan mendadak menjadi ceria dibuatnya. Pandangan Mata Sang Sultan berbinar-binar karena sangat merindukan sosok Abu Nawas. Memang Abu Nawas dalam beberapa bulan terakhir meninggalkan kerajaan Baghdad sebagai bentuk protes atas ketidak-adilan dan kesombongan Sultan. Sejak kepergian Abu Nawas itulah Sultan mengalami kesepian. Tidak ada lagi orang yang diajaknya berdiskusi maupun bercanda. Karena itu Sultan sangat gembira begitu melihat sosok Abu Nawas.
Sultan Harun Ar-Rasyid kemudian bertanya kepada para pengawalnya.
“Siapa dia?” tanya Sultan.
“Dia si Abu Nawas yang gila itu,” jawab salah seorang pengawalnya.

“Coba panggil dia kemari, tanpa ada yang tahu, dan sekali lagi aku peringatkan kamu jangan berkata yang buruk lagi tentang dia, perintah Sultan Harun.
“Baiklah wahai Sultanku,” jawab pengawal.

Tidak berapa lama kemudian para pengawal berhasil membawa Abu Nawas ke hadapan Sultan. Abu Nawas diperkenankan duduk di hadapan Sultan.
“Salam bagimu wahai Abu Nawas,” sapa Sultan Harun Ar-Rasyid.

“Salam kembali wahai Amirul Mukminin,” jawab Abu Nawas.
“Kami merindukanmu wahai Abu Nawas,” kata Sultan Harun Ar Rasyid.

“Ya, tetapi aku tidak merindukan Anda semuanya,” jawab Abu Nawas dengan ketus.
Beberapa pengawal kerajaan spontan saja akan mencabut pedang dari sarungnya untuk memberikan pelajaran kepada Abu Nawas yang tak mampu menjaga perkataannya di hadapan Sultan, sang pemimpin. Akan tetapi niat tersebut dicegah sendiri oleh Sultan Harun Ar-Rasyid.
    Abu Nawas
Abu Nawas

“Wahai Abu Nawas, aku merindukan kecerdasanmu, maka berilah aku nasihat,” pinta Sultan.
“Dengan apa aku menasehatimu, inilah istana dan kuburan mereka,” kata Abu Nawas.
“Tambahkan lagi, engkau telah memberikan nasihat yang bagus,” ujar Sultan mulai bersemangat.
“Wahai Amirul Mukminin, barang siapa yang dikarunia Allah SWT dengan harta dan ketampanan, lalu ia dapat menjaga kehormatannya dan ketampanannya, serta memberikan bantuan dengan hartanya, maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang shaleh,” kata Abu Nawas.

Sultan Harun Ar-Rasyid begitu senang mendapatkan nasihat itu. Ia kemudian mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya.
“Aku telah menyuruh para pengawalku untuk membayar hutangmu,” kata Raja.
“Tidak Amirul Mukminin, kembalikan harta itu kepada yang berhak menerimanya. Bayarlah hutang diri Anda sendiri,” kata Abu Nawas.
Namun Sultan Harun tak menyerah begitu saja. Ia kemudian mempersiapkan hadiah khusus pada Abu Nawas.
“Aku telah mempersiapkan sebuah hadiah untukmu,”katanya.
“Wahai Amirul Mukminin, apakah Paduka berfikir bahwa Allah hanya memberikan karunia kepada Anda dan melupakanku,” jawab Abu Nawas yang segera pergi dari hadapan raja.
Perlakuan itu membuat sang Raja merenung sambil mengevaluasi dirinya sendiri.
Sultan Harun sadar kalau selama ini dirinya kurang adil dan berlaku sombong dengan jabatannya sehingga mudah meremehkan orang lain. Usai mendapat nasihat dari Abu Nawas, Sultan Harun berubah menjadi Sultan yang adil dan bijaksana kepada rakyatnya.
Abu Nawas memberikan nasihat berupa sindiran, namun sang Sultan tidak tersinggug, atau marah atau bahkan memenjarakan Abu Nawas. Sultan malah merenung dan terus merenungi apa gerangan kesalahan yang telah dia buat selama memimpin kerajaan. Sultan Harun ar-Rashid dan Abu Nawas
Baca Selengkapnya..

Seteguk Air Termahal


Suatu ketika kalifah Harun al-Rasyid mendengar bahwa ada seorang alim yang berkunjung ke ibukota kerajaannya, dan berkeinginan mengundang si orang alim tsb berkunjung ke istananya agar dapat memberinya nasehat.

Ketika dijelaskan maksud undangan itu, orang alim tersebut berfikir sejenak lalu bertanya, Wahai Kalifah seandainya engkau berada ditengah padang pasir dan merasa haus yang teramat sangat berapakah yang bersedia engkau berikan untuk seteguk air yang bisa ditawarkan oleh orang lain kepadamu? Kalifah Harun al-Rasyid menjawab, Akan aku berikan kepadanya setengah kerajaanku untuk seteguk air yang dia berikan.
Lalu orang alim ini lanjut bertanya, Seandainya kemudian air yang engkau minum tersebut menjadi penyakit, engkau tidak dapat mengeluarkannya dari tubuhmu, maka berapakah yang bersedia engkau bayarkan bagi yang mampu mengobatinya, sehingga air tsb bisa kembali keluar dari tubuhmu? Kalifah kelima kekalifaan bani abbasiyah ini menjawab, Aku akan berikan setengah kerajaanku lagi bagi yang sanggup mengobatinya.
Mendengar jawaban sang Kalifah orang alim ini lalu berkata, Wahai Paduka Kalifah, lalu apakah yang patut Paduka banggakan dengan kerajaan Paduka ini, yang nilainya tidak lebih dari seteguk air yang Paduka minum dan lalu keluarkan lagi?
Baca Selengkapnya..

Dosa Besar dan Dosa Kecil


Abu Nawas al Hasan bin Hani Al Hakami (756–814) orang Persia lahir tahun 756 M di Ahwaz..dan meninggal tahun 814 M di Baghdad.  Ia mengabdikan diri nya pada Sultan Harun Al Rasyid Sultan  Baghdad.  Abu Nawas juga dianggap seorang ulama.  maka banyak muridnya … dan suatu ketika… ada tiga orang yang menanyakan kepada Abu Nawas pertanyaan yang sama… !!! Pertanyaannya adalah “Manakah yang lebih utama mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil…?”


Orang pertama menanyakan hal itu, dan jawaban Abu Nawas adalah “Orang yang mengerjakan dosa kecil.. !!!” Mengapa… tanya orang pertama. Sebab lebih mudah diampuni oleh Allah.. kata Abu Nawas. Orang pertama puas, yaagh karena ia memang yakin akan hal itu… !!!
Orang kedua menanyakan hal yang sama,… dan jawaban Abu Nawas adalah “Orang yang tidak mengerjakan kedua-duanya… !!!” Mengapa begitu… tanya orang kedua. Yaagh dengan begitu tentu tidak memerlukan pengampunan Allah… kata Abu Nawas… !!! Orang kedua … langsung dapat mencerna penjelasan Abu Nawas…. !!!
Orang ketiga menanyakan juga hal yang sama… !!! Namun jawaban Abu Nawas adalah Orang yang mengerjakan dosa besar… !!! Mengapa … ??? tanya orang ketiga. Sebab pengampunan Allah kepada hambanya sebanding dengan besarnya dosa hambanya itu… !!! jawab Abu Nawas. Orang ketiga puas dengan penjelasan Abu Nawas… !!!
Seorang murid Abu Nawas … yang bingung menanyakan kepada Abu Nawas… !!! “Mengapa dengan pertanyaan yang sama menghasilkan jawaban berbeda… ??? tanyanya.
Jawaban Abu Nawas adalah manusia dibagi tiga tingkatan… yaitu tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati… !!!

Seorang anak kecil melihat bintang di langit akan bilang bahwa bintang itu kecil… karena ia hanya menggunakan matanya… !!!

Sebaliknya … seorang pandai akan mengatakan bahwa bintang itu besar.. karena ia berpengetahuan dan menggunakan otaknya… !!!

Kemudian apa tingkatan hati… ??? Orang pandai yang melihat bintang di langit.. ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil… walau ia tahu bintang itu besar.. !!! Karena ia tahu dan mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan Allah yang Maha Besar… !!!
Kemudian … murid tersebut menanyakan… “Wahai Guru… bagaimana mendapatkan ampunan dari Allah mengingat dosa-dosa yang begitu besar… ???”. Bisa… dengan melalui pujian dan doa… kata Abu Nawas… !!! Ajarkan doa itu wahai Guru… pinta murid Abu Nawas… !!!

Illahi lastu lil firdausi ahlan, walaa aqwa’ alannaril jahiimi, fahabli taubatan waqhfir dzunuubi, fa innaka ghafiruz dzambil adziimi ….
Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga. namun aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku dan ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya hanya Engkau pengampun dosa-dosa besar… Begitulah do’a Abu Nawas
Baca Selengkapnya..

Abu Nawas Bekerja di Perusahaan Jahit


Cerita Humor Abu Nawas Bekerja di Perusahaan JahitSatu dari sekian banyak Cerita Humor Abu Nawas dari Koleksi Cerita Abu Nawas adalah ketika Abu Nawas Bekerja di perusahaan jahit. Alkisah ketika masih muda, Abu Nawas pernah bekerja di sebuah perusahaan jasa jahit pakaian yang terkenal pada masa itu. Majikan di tempat Abu nawas bekerja adalah orang yang pelit dan tak mau berbagi dengan sesama.

Pada suatu hari majikannya datang dengan membawa satu kendi madu. Karena sifat pelitnya dan khawatir madu itu diminum Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata, Hai Abu Nawas, kendi ini berisi racun dan aku tidak mau kamu mati karena meminumnya Sesaat kemudian karena ada keperluan lain, sang majikan pun pergi keluar.
Sepeninggal majikannya, Datanglah seorang pembeli yang ingin membeli pakaian. Transaksi jual-beli berlangsung dan akhirnya Abu Nawas mendapatkan uang dari hasil menjual pakaian.
Menjelang siang, karena Abu Nawas merasa lapar, pergilah ia membeli roti ke sebuah toko. Karena tidak memiliki uang, Abu Nawas menggunakan uang hasil menjual pakaian untuk membeli roti. Selain itu, sekembalinya ia di perusahaan jasa jahit ia menghabiskan madu milik majikannya.

Ketika majikannya datang usai keperluannya di luar, sang majikan tersadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Sedangkan uang hasil penjualan pakaian tidak ada. Bertanyalah dia pada Abu Nawas.

Abu, Apa sebenarnya yang telah terjadi? tanya majikan heran.

Dengan tenangnya seolah tak melakukan apa-apa Abu Nawas menjawab.

Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan, jadi aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu.

Dasar Abu Nawas memang cerdik dan pandai dalam mensiasati keadaan apapun. Pembelajaran dalam cerita ini adalah agar kita tidak menjadi orang yang pelit dan kikir terhadap sesama, apalagi jika tetangga kita masih banyak yang membutuhkan bantuan kita. Karena semua harta dan pehiasaan kita milik ALLAH SWT dan akan kembali kepadanya juga.

Demikian salah satu Cerita Humor Abu Nawas yang terkenal semoga Anda terhibur. Nantikan Cerita Abu Nawas Lucu lainnya.
Baca Selengkapnya..

Abu Nawas dan Telur unta


Cerita Jenaka Abu Nawas dan Telur Unta Dari Sekian Banyak Cerita Jenaka Abu Nawas Salah Satu Cerita Jenaka Yang Cukup menghibur adalah Cerita Jenaka Abu Nawas dan telur Unta. Dari Judulnya pun kita Pasti Merasa Terhera-heran "Emang ada yah telur Unta?". Mau tau Cerita Jenaka Abu Nawas yang satu ini berikut cerita lucunya.




Suatu ketika Raja Harun Al Rasyid terkena penyakit aneh. Tubuh Raja Harun Al Rasyid terasa kaku dan pegal. Suhu badannya panas dan tak kuat untuk melangkah. penyakitnya itu membuat sang raja tidak mau makan sehingga sakitnya bertambah parah.
Berbagai tabib sudah berdatangan mengobatinya tetepi tetap saja sakit. Obat pun banyak yang ia minum tapi tetap saja hasilnya.

Namun demikian, raja tidak mau menyerah. Ia ingin sembuh. Maka iapun memerintahkan pengawalnya untuk mengumumkan sebuah sayembara. Barang siapa bisa menyembuhkan penyakit sang Raja, maka akan diberikan hadiah.

berita sayembara itu didengar oleh Abu Nawas Ia tertarik dengan sayembara ini. maka tidak lama kemudian, iapun memutar otak sebentar dan pergi ke istana Raja Harun Al Rasyid.

Sang Raja terkejut ketika melihat Abu Nawas datang hendak mengobati dirinya.

Hei Abu Nawas, setahuku kau bukan tabib, tapi mengapa kau ikut sayembara ini?. Heran sang raja.

He he he.. tuan raja, janganlah Anda melihat penampilanku, begini begini aku bisa mengobati orang sakit.

Benarkah? kaget sang raja. Berarti engkau bisa menyembuhkan sakitku juga?

Oh tentu Raja, jawab Abu Nawas, sebenarnya apa sakit Anda?

Aku juga tidak tahu, tapi aku merasa seluruh tubuhku sakit dan badanku panas. Aku tampak lesu Abu Nawas.keluh sang raja Harun Al Rasyid.

ha ha ha ha ha.Abu Nawas tertawa dengan jenaka.

Hei Abu Nawas, apa yang lucu?

tidak Tuan, kalau penyakit itu sih gampang sekali menemukan obatnya.terang Abu Nawas.

Sungguh, kaget sang raja lagi. apa nama obat itu dan dimana saya bisa menemukan obat itu?

baiklah saya beritahu Anda,
nama obat itu adalah telur unta. Anda bisa mendapatkannya di kota Baghdad ini.

mendengar informasi itu sang raja merasa bersemangat ingin segera mendapatkan telur unta itu.
hei Abu Nawas, awas jika kau bohong. Akan ku hukum kau?

Carilah dulu telur unta itu, jangan asal hukum saja sanggah Abu Nawas.

Dikisahkan dalam cerita humor ini Keesokan harinya sang raja berangkat dengan pengawalnya. Ia memakai baju rakyat biasa karena tidak ingin diketahui bahwa ia seorang raja.

Raja Harun Al Rasyid mengunjungi pasar-pasar yang ada di daerah baghdad tapi tidak ditemukan telur unta itu.

Raja Harun Al Rasyid tidak mau menyerah ia terus berjalan kerumah-rumah warga tapi tetap saja ia tidak menemukan telur unta. semangat Raja Harun Al Rasyid ini sungguh kuat sekali, ia tidak peduli seberapa jauh jarak yang ia tempuh untuk mencari telur unta. Hingga akhirnya ia sampai disebuah hutan.
raja terus berjalan tanpa menghiraukan pengawalnya yang sudah kelelahan. sambil menggerutu ia tetap berfikir dimanakah telur unta itu berada.

Awas kau Abu Nawas, kalau aku tidak menemukan telur itu akan ku hukum kau! gerutu sang raja. Pengawal bersiaplah menghukum Abu Nawas besok!

siap raja, kata pengawal yang sudah kelelahan,tapi lebih baik kita pulang saja sekarang. memang sepertinya kita tidak menemukan telur itu.

Raja Harun Al Rasyid pun mempertimbangkan saran pengawalnya, namun beberapa saat kemudian ia melihat seorang kakek yang sedang membawa ranting.

Tunggu dulu pengawal, kita coba tanyakan kepada satu orang lagi.seru raja Harun Al Rasyid.

Sang Raja menghampiri kakek yang membawa ranting itu. melihat kondisinya yang sudah tua ia amat kasihan, maka iapun menawarkan jasanya untuk membawakan kayu-kayu itu.

setelah sampai dirumahnya, Sang kakek mengucapkan terima kasih kepada Raja Harun Al-Rasyid yang ia tidak menyangka bahwa ia adalah seorang raja.

Terima kasih cuk, semoga Allah membalas kebaikan Cucuk?

Sama-sama kek, jawab Raja Harun Al Rasyid.

oh iya kek, saya mau bertanya, apakah kakek punya telur unta tanya raja Haru Al Rasyid pada si kakek.

telur unta? sang kakek kemudian berfikir sejenak.

Ha Ha Ha Ha Hatawa sang kakek. Raja Harun Al Rasyid pun keheranan dan bertanya kepada sang kakek.

apa saya salah tanya kek? tanya Raja harun Al Rasyid keheranan. bisa Anda jelaskan?

Cuk, di dunia ini mana ada telur unta. setiap hewan yang bertelinga itu melahirkan bukan bertelur. jadi mana ada telur unta.

mendengar penjelasan dari sang kakek membuat sang raja dan pengawalnya tersentak kaget.

benar juga mana ada telur unta. unta kan binatang yang melahirkan bukan bertelur. gumam sang raja.
awas kau Abu Nawas!

Keesokan harinya sang raja dengan perasaan kesal menunggu kedatangan Abu Nawas yang telah mengerjainya. dia mondar-mandir kesana kemari sambil mulutnya komat-kamit.

awas kau Abu Nawas! awas kau Abu Nawas!
beberapa saat kemudian, Abu Nawas datang. Ia memberi senyum jenaka kepada Raja Harun Al Rasyid.Raja Harun Al rasyid langsung memarahinya.

Hai kau Abu Nawas, beraninya mengerjai ku. aku tidak terima ini. sesuai dengan kesepakatan kita bahwa Aku akan menghukummu karena kau telah membohongiku. mana ada telur unta, unta itu hewan yang melahirkan bukan bertelur.

Anda benar Tuan Raja, sahut Abu Nawas membenarkan pernyataan raja Harun Al Rasyid telur unta itu sebenarnya tidak ada, unta hewan yang melahirkan bukan bertelur. Sambung Abu Nawas dengan Ceritanya.

Lantas, mengapa kau menyuruhku untuk mencari telur itu?sanggah sang raja pokokya sekarang kamu harus dihukum.

tuggu dulu, tuan raja, sebelum saya dihukum, saya ingin bertanya.
tanya apa?

bagaimana kondisi tubuh tuan raja hari ini?tanya Abu Nawas.

kondisi badanku, sahut raja Harun Al Rasyid, aku merasa tubuhku tidak pegal dan sakit seperti kemarin-kemarin. suhu badanku pun turun, Sang raja pun terdiam sejenak.

Abu Nawas, aku sudah sembuh, penyakitku hilang, penyakitku hilang Abu Nawas. raja amat gembira mendengar cerita Abu Nawas.

Aku tahu, perjalananku yang amat jauh kemarin telah membuat tubuh-tubuhku yang tadinya jarang bergerak menjadi bergerak dan itu membuat aliran darahku yang semula beku menjadi lancar kembali. benar Abu Nawas, itu penyebabnya, terima kasih Abu Nawas. sahut raja Harun Al Rasyid.

Benar tuan, kata Abu Nawas, tubuh yang tidak dibiasakan bergerak akan membuat darah membeku dan akhirnya menjadi penyakit. maka dari itu raja, rajinlah bergerak.

ya, memang akhir-akhir ini aku sering dikamar. jarang bergerak. kemudian aku juga banyak makan. mungkin ini yang menyebabkan aku sakit. kata sang Raja Harun Al Rasyid. Abu Nawas maafkan aku telah memarahimu. Aku tidak akan menghukummu tapi aku akan memberikanmu hadiah karena telah memberiku saran yang luar biasa.

Terima kasih tuan raja. Jawab Abu Nawas singkat.

Banyak makna dan pembelajaran yang kita bisa dapat dari Cerita Jenaka Abu Nawas dan telur Unta tersebut, salah satunya adalah membiasakan diri untuk tidak santai dan bermalas-malasan karena dapat mendatangkan berbagai macam penyakit. Semoga salah satu dari Koleksi Cerita Abu Nawas ini bermanfaat.
Baca Selengkapnya..

Senin, 24 September 2012

Sejarah Dracula Membongkar Sebuah Kebohongan

Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian direproduksi agar seolah-olah menjadi nyata oleh Barat, maka Dracula merupakan kebalikannya, tokoh nyata yang direproduksi menjadi fiksi. Bermula dari novel buah karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya kemudian semakin dikaburkan lewat film-film seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922)-yang dibuat ulang pada tahun 1979-dan film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi.

Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu?
Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia , keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman-sebagai wakil Islam-dan Kerajaan Honggaria-sebagai wakil Kristen-semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang bisa dikuasai, baik yang berada di Eropa maupun Asia . Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel- benteng Kristen-ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman.
Vlad Draculea:

Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Dalam peran inilah Dracula banyak melakukan pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara-yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab-yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia:
“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”
Penyulaan 1:

Penyulaan 2:

Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:
“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya. Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.”
Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab. Pertama, pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka borok mereka sendiri. Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri. Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania , Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.
Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun film, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat-khususny a umat Islam sendiri-yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampir yang haus darah.
Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka-pahlawan dari pihak Islam-dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.
Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danau Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil.
Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga memuat hal-hal yang selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak terjang Dracula yang lainnya.


Kesimpulan

suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain-politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematis, yang apabila tidak jeli maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia ini-walaupun masih merupakan langkah awal-bisa dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita.
Wikipedia pun mengkonfirmasikan eksistensi historis Dracula yang membantai ribuan Muslim dengan cara menusuk/mensula.
Baca Selengkapnya..

Minggu, 23 September 2012

Anda Tidaklah Sendiri

Kesepian anda bukan karena tiadanya orang di sekitar anda, namun karena tiadanya seseorang di hati anda. Anda dapat kehilangan saat-saat yang berharga. Yaitu ketika anda suatu saat merasa enggan untuk memberikan bantuan pada orang yang membutuhkan. Saat mengulurkan pertolongan, tanpa sadar anda menjalin hati anda dan hati orang lain dengan dawai emas yang tak tampak. Dawai itu bernama persaudaraan. Semakin banyak anda menjalin dawai semakin jauh hati anda dari kesepian. Karena dawai-dawai itu akan mendentingkan nada nada yang memenuhi dan menghibur jiwa.

Bangkitlah dan tebarkan uluran tangan anda. Segaris senyum dan tatapan mata yang bersahabat cukup untuk membangunkan bahwa anda sama sekali tidak sendiri.
Baca Selengkapnya..

Memberi Tanpa Pertimbangan

Cobalah untuk mengawali suatu hari anda dengan niat untuk memberi. Mulailah dengan sesuatu yang kecil yang tak terlalu berharga di mata anda. Mulailah dari uang receh. Kumpulkan beberapa receh yang mungkin tercecer di sana-sini, hanya untuk satu tujuan: diberikan. Apakah anda sedang berada di bis kota yang panas, lalu datang pengamen bernyanyi memekakkan telinga. Atau, anda sedang berada dalam mobil ber-ac yang sejuk, lalu sepasang tangan kecil mengetuk meminta-minta. Tak peduli bagaimana pendapat anda tentang kemalasan, kemiskinan dan lain sebagainya. Tak perlu banyak pikir, segera berikan satu dua keping pada mereka.
Barangkali ada rasa enggan dan kesal. Tekanlah perasaan itu seiring dengan pemberian anda. Bukankah, tak seorang pun ingin memurukkan dirinya menjadi pengemis. Ingat, kali ini anda hanya sedang “berlatih” memberi; mengulurkan tangan dengan jumlah yang tiada berarti? Rasakan saja, kini sesuatu mengalir dari dalam diri melalui telapak tangan anda. Sesuatu itu bernama kasih sayang.
Memberi tanpa pertimbangan bagai menyingkirkan batu penghambat arus sungai. Arus sungai adalah rasa kasih dari dalam diri. Sedangkan batu adalah kepentingan yang berpusat pada diri sendiri. Sesungguhnya, bukan receh atau berlian yang anda berikan. Kemurahan itu tidak terletak di tangan, melainkan di hati.

Baca Selengkapnya..

Misi Hidup dalam Sebuah Kerja

Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi merekaa menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah. Hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? wanita itu terkekeh menjawab, ” Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun” tapi bukankan ia bisa menaikan harga sedikit? sekali lagi ia terkekeh, “lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil menunjukan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.

Ah..! betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua diatas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tidak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankan demikian tugas kita dalam kerja;menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.
Baca Selengkapnya..

Ketekunan adalah Kekuatan Anda

.Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari hasil usaha-usaha kecil yang anda lakukan terus-menerus. Keberhasilan bukan suatu yang turun begitu saja. Bila anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki ketekunan untuk tetap berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan dan kesulitan. Anda harus tetap mengambil langkah selanjutnya. Jangan hanya berhenti di langkah pertama. Memang semakin jauh anda berjalan, semakin banyak rintangan yang menghadang. Bayangkan, andai saja kemarin anda berhenti, maka anda tidak berada di sini sekarang. Setiap langkah menaikan nilai diri anda. Apapun yang anda lakukan, jangan sampai kehilangan ketekunan anda. Karena ketekunan adalah daya tahan anda.
Pepatah mengatakan bahwa “ribuan kilometer langkah dimulai dengan satu langkah”. Sebuah langkah besar sebenarnya terdiri langkah-langkah kecil. Dan langkah pertama keberhasilan harus anda mulai dari rumah anda. Rumah anda yang paling baik adalah hati anda. Itulah sebaik-baiknya tempat untuk memulai dan untuk kembali. Karena itu mulailah kemajuan anda dengan memajukan hati anda, kemudian pikiran anda dan usaha-usaha anda. Ketekunan hadir bila apa yang anda lakukan benar-benar berasal dari hati anda.
Baca Selengkapnya..

Tak Ada Jalan Pintas

 Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Ia adalah buah dari pohon kerja keras yang berjuang untuk tumbuh. Jangan terlalu berharap pada kemujuran. Apakah kalian tahu apa itu kemujuran? Apakah kalian dapat mendatangkan kemujuran sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan dari mana datangnya.
Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya. Layaknya proses mendaki tangga, kalian melangkahkan kaki kalian melalui anak tangga satu per satu. Tak perlu repot-repot membuang waktu kalian untuk mencari jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas. Sesungguhnya kemudahan jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati. Untuk apa kalian berhasil jika kalian tak merasa puas?
Hargailah setiap langkah kecil yang membawa anda maju. Janganlah melangkah dengan ketergesaan, karena ketergesaan adalah beban yang memberati langkah saja.
Amatilah jalan lurus kalian. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama kalian yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus. Ketahuilah, jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kalian menjadi diri kalian sendiri.


Baca Selengkapnya..

Ibu Dan Anak

Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga akan berbuat yang sama?”

Sang ibu tertawa dan menjawab terus terang, “Tidak. Tapi, Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam supaya tidak sempat menggigit kamu atau keluarga kita.”

Mendengar jawaban itu, si anak tersenyum dan kembali meneruskan kegiatan bermainnya. Tak berapa lama kemudian, si anak kembali berpaling pada ibunya. Ternyata mendadak ia teringat sesuatu. “Terus Bu, aku waktu itu pernah dengar cerita ada ibu yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Kalau ibu bagaimana?” Anak itu mengajukan pertanyaan yang hampir sama.

Kali ini sang Ibu menjawab dengan suara lebih tegas, “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan sampai kenyang. Jadi, kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan lapar.”

Si anak kembali tersenyum, dan lalu memeluk ibunya dengan penuh sayang. “Makasih, Ibu. Aku bisa selalu bersandar pada Ibu.”

Sembari mengusap-usap rambut anaknya, sang Ibu membalas, “Tidak, Nak! Tapi Ibu akan mendidikmu supaya bisa berdiri kokoh di atas kakimu sendiri, agar kamu nantinya tidak sampai jatuh tersungkur ketika Ibu sudah tidak ada lagi di sisimu. Karena tidak selamanya ibu bisa mendampingimu.”

Ada berapa banyak orangtua di antara kita yang sering kali merasa rela berkorban diri demi sang buah hati? Tidak sadarkah kita bahwa sikap seperti itu bisa menumpulkan mental pemberani si anak?

Jadi, adalah bijak bila semua orangtua tidak hanya menjadikan dirinya tempat bersandar bagi buah hati mereka, melainkan juga membuat sandaran itu tidak lagi diperlukan di kemudian hari. Adalah bijak jika para orangtua membentuk anak-anaknya sebagai pribadi mandiri kelak di saat orangtua itu sendiri tidak bisa lagi mendampingi anak-anaknya di dunia.

Baca Selengkapnya..

Coment Here . . . ! ! !

Yanto Biggoss © 2008 Template by:
SkinCorner