Selasa, 16 Oktober 2012

Takut Kepada Setan

Setelah shalat Isya', ada seseorang yang datang kepadaku dengan kedua matanya sembab hampir mengucurkan air mata, dia bertanya kepadaku tentang permasalahannya yang tidak dapat dipecahkannya sendiri, lantas dia berusaha mengajak musyawarah saudara-saudaranya untuk mencari solusinya. Kesimpulan dari permasalahannya itu adalah, bahwasanya jika mendapat kebaikan dia mau memenuhi perintah Allah, dan jika ditimpa keburukan dia akan menjauh dari jalan Allah. Sebab dia menjauh  ketika ditimpa keburukan itu adalah, bahwasanya dia berkata didalam hatinya, apa manfaat ibadah kalau keburukan ini tidak kunjung sirna setiap kali menjalankan perintah Allah, maka dia pun lantas memutuskan untuk meninggalkan ibadah itu.

Saya katakan kepadanya: saudaraku tercinta, kita harus membedakan antara dua hal, pertama; berbagai kewajiban yang diperintahkan Allah s.w.t  kepada kita supaya menyelamatkan diri kita dari api neraka dan meraih kemenangan dengan menggapai keridhaan dan surga-Nya.

Kedua; musibah yang dengannya kita diuji dalam kehidupan.

Adapun yang pertama, maka harus senantiasa dilaksanakan pada setiap kondisi dan setiap waktu, karena yang pertama dan terakhir mengambil manfaat dari pelaksanaan ibadah itu adalah manusia itu sendiri, sebab Allah s.w.t tidak butuh kita, Dia Maha kaya lagi Maha Terpuji. Jika kita lalai dalam melakukan kewajiban-kewajiban ini, maka kita lah yang merugi, sebab melakukan kewajiban itu merupakan salah satu sebab keselamatan dari api neraka, dan hal ini tidak berkaitan dengan musibah, dan seharusnya tidak ada pengaruh negatif terhadap pelaksanaan kewajiban-kewajiban lantaran keburukan yang kita alami didalam hidup kita.

Adapun hal yang kedua adalah bala', Anda harus mengetahui bahwa bala', atau cobaan atau ujian yang ditakdirkan Allah bagi hamba-hamba-Nya itu tidak terbatas pada keburukan saja, tapi ujian itu juga berupa kebaikan, seperti disebutkan dalam firman Allah s.w.t., "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Bahkan sebaliknya, sesungguhnya keberhasilan dalam menghadapi ujian keburukan ini lebih mudah dari pada keberhasilan dalam menghadapi ujian kebaikan, hal itu disebabkan orang yang diberi cobaan dengan kemiskinan misalnya, dia tidak dituntut kecuali bersabar, karena dia tidak memiliki sesuatu untuk berbuat. Tetapi lain lagi dengan cobaan model yang kedua, yaitu orang yang diberi cobaan dengan harta, maka dengan memiliki harta itu dia memiliki kesempatan untuk melakukan kemaksiatan dan enggan memberi, melalaikannya dari kewajiban-kewajiban serta merasa bahwa dia tidak lagi membutuhkan Allah s.w.t. Akibatnya keberhasilan dalam ujian ini menjadi sulit diraih kecuali oleh orang yang menjadikan akhirat sebagai fokus perhatiannya yang tidak terkontaminasi oleh kepentingan lainnya.

Ia memotong pembicaraan ku dan berkata kepadaku: saya mengetahui itu semua, tetapi setan itu kuat dan kuat sehingga dapat mengalahkan ku dan aku pun menuruti apa yang dia katakan kepadaku, lantas apa yang harus aku lakukan supaya dapat mengalahkannya? Saya berkata kepadanya: saudaraku tercinta.

Ingatlah, bahwasanya masih ada orang yang lebih pahit cobaan nya dari pada anda. Jika anda hidup sendirian sebagai bujangan yang tidak memiliki  pekerjaan sehingga anda tidak memiliki mata pencaharian, dan untuk makanmu, maka ketahuilah bahwa disana ada sejumlah keluarga yang tidak punya mata pencaharian, namun menahan diri untuk tidak meminta-minta kepada orang lain. Bagi orang yang tidak tahu, akan mengira bahwa mereka itu adalah orang-orang kaya karena tidak meminta-minta kepada orang lain, tapi walaupun demikian, ketika berbaur dengan orang lain anda akan heran, bagaimana mereka tertawa, bercanda ria dan giat berdakwah, tetap bisa beribadah, bahkan bertambah dekat kepada Allah. Mungkin anda akan tercengang ketika mengetahui bahwa orang-orang semacam mereka itu tak punya mata pencaharian yang tetap dan pakaiannya pun hanya yang melekat di badan mereka. Rasulullah s.a.w. telah berwasiat agar kita, ketika sedang ditimpa musibah, melihat kepada yang dibawah kita. Itu akan dapat meringankan musibah yang kita derita itu.

Saudaraku tercinta, ketahuilah bahwa Allah s.w.t. menimpakan cobaan kepada seseorang jika Dia melihatnya telah melakukan kemaksiatan, agar dia mau kembali kepada-Nya dan bertambah dekat dengan-Nya hingga Dia mengampuni dosa-dosanya itu. Dan ketahuilah bahwa seseorang itu diberi cobaan sesuai dengan kadar keimanan nya.

Dan jangan lupa bahwa setiap musibah yang menimpa seorang muslim baik itu kegundahan, kegelisahan, bencana, kesedihan penyakit, dan luka, itu semua berpahala, dan hal itu dapat menghapus dosa-dosanya.

Mukanya berbinar-binar sambil mengusap deraian air matanya, dan berkata dengan perasaan penuh kegembiraan: apakah benar itu akan dapat menghapus dosa-dosanya dan berpahala? Lalu saya katakan: ya, sebenarnya urusan seorang muslim itu semuanya baik dan tidak pernah merugi sama sekali, hal itu pun semakin menambah kegembiraannya dan saya berkata kepadanya: saya tutup perkataanku dengan menyampaikan saran, jangan lupa berdoa dan merendahkan diri kepada-Nya di saat melakukan sujud agar Dia memberimu kekuatan iman, kesabaran, dan menolongmu dalam menghadapi setan, benar bahwa setan itu kuat, tetapi Allah lebih kuat, maka, siapa yang berlindung kepada Allah, niscaya Dia menolongnya dalam menghadapi setan.[]

Abdul Hamid al-Bilaly



0 komentar:

Posting Komentar

Coment Here . . . ! ! !

Yanto Biggoss © 2008 Template by:
SkinCorner