Minggu, 14 Oktober 2012

Doa Dan Realita

Ketika ada seseorang meminta segelas air dari orang lain, tapi, ketika air itu diberikan kepadanya dia menolak air itu, maka, sebutan apa yang cocok bagi orang seperti itu? Dan ketika jiwa orang itu berulang-ulang meminta air dari orang tersebut, tapi setiap kali dia memberikannya saat itu juga orang itu menolaknya.. apakah dia dinamakan sebagai orang gila, stres, pembohong, suka bermain?

Sangat mungkin sekali orang itu diberi sebutan apa pun di antara sebutan-sebutan tersebut atau yang mirip dengannya.. Jutaan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia mengerjakan shalat dan mereka semua juga membaca surah al- Fatihah yang merupakan salah satu rukun shalat yang tidak akan sah shalat itu kecuali dengan membaca surah ini. Mereka membacanya dalam sehari sebanyak tujuhbelas kali, diluar sunah-sunah rawatib yang otomatis menambah jumlah bacaannya ini, ini artinya, bahwasanya mereka mengulang-ulang doa setiap kali membaca,
"Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5)

Pada kenyataannya, sebagian besar mereka tidak mengucapkan demikian,... memang, lisan mereka mengatakan ya Tuhan "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah," maksudnya hanya kepada- Mu kami tunduk, hanya kepada-Mu kami taat, hanya kepada-Mu kami mengikuti dan hanya kepada-Mu kami berserah diri, kami patuh dan tidak takut kecuali hanya kepada-Mu, kami tidak berharap kecuali hanya kepada-Mu, kami tidak tunduk kecuali hanya kepada peraturan-Mu dan kami tidak takut kecuali hanya kepada-Mu.

Tapi realita diri mereka sendiri tidak mengatakan demikian, mereka tunduk kepada manusia, patuh kepada orang-orang yang membuat aturan-aturan manusiawi yang tidak berdasarkan pada peraturan Allah, mereka bergetar saat di teror sesama manusia, dengan memutuskan penghasilan,  atau di teror dengan pembunuhan, mereka menjadikan selain Allah sebagai tuhan-tuhan yang mereka patuhi, mereka merendahkan diri dan takut kepadanya, tunduk kepadanya, dan menyerahkan diri mereka kepadanya. Sesungguhnya hawa nafsu mereka, para pemimpin mereka, syahwat mereka , wanita mereka, harta mereka, pakaian mereka, kendaraan mereka, binatang ternak mereka, kedudukan mereka, dan semua perhiasan yang ada dimuka bumi ini adalah tuhan-tuhan selain Allah, walaupun demikian selama sehari penuh mereka mengatakan lebih dari tujuhbelas kali "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah."

Dan mereka mengatakan, "Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan," maksudnya bahwasanya kami ya Tuhan, jika tertimpa musibah, cobaan, membutuhkan pertolongan, dan saat kami lemah, kami tidak menghadapkan diri kami kepada seorang pun selain Engkau untuk memohon pertolongan dan agar kami selamat dari musibah tersebut. Tetapi realita tidak mengatakan demikian, sesungguhnya jika mereka ditimpa musibah atau kesulitan hidup, mereka menghadapkan diri mereka kepada sesama makhluk sebelum menghadap kepada sang Khaliq (Pencipta), dan mereka meyakini bahwasanya makhluk itu memiliki kemampuan mendatangkan manfaat atau bahaya, mereka sama sekali lalai untuk menghadapkan diri, kembali dan bersimpuh dihadapan Allah, padahal sesungguhnya mereka mengatakan "Tunjukilah kami jalan yang lurus." (QS. Al-Fatihah: 6)

Yaitu jalan yang dilalui oleh para salafus shalih; para pengikut nabi-nabi, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat. Tapi realita tidak  mengatakan demikian, mereka masih tetap melakukan kemaksiatan, masih melakukan riba, zina, memandang apa-apa yang diharamkan Allah, berbohong, membicarakan keburukan orang lain, mengadu domba, menipu, kedengkian yang memenuhi hati mereka dan lemah semangat, mempertuhankan dunia dan tidak memiliki komitmen, lalu petunjuk yang mana yang mereka kehendaki??

Apakah hal ini berarti bahwa jutaan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia itu berbohong kepada Allah, dan menipu-Nya sebanyak tujuhbelas kali dalam sehari, dan keadaan mereka seperti orang gila yang meminta air dari orang yang memilikinya tetapi ketika diberi dia menolaknya. Apakah itu merupakan kebiasaan yang telah dominan hingga mencabut hubungan antara perkataan dan perbuatan, dan ini merupakan penyakit jiwa yang tidak dikenali  ataukah merupakan kebohongan yang menyelimuti kehidupan kita, sehingga kita tidak bisa membedakan antara dusta kepada manusia dengan dusta kepada Allah, ataukah itu merupakan materialisme yang telah menyelimuti hati hingga menjadi seperti penyakit kronis yang membutakan penglihatan manusia dari pandangan yang hakiki dan dari kecermatan, ataukah itu merupakan kemaksiatan-kemaksiatan yang membuat hati menjadi buta? Ataukah itu merupakan kumpulan dari semua itu? Jika hal ini benar, maka ini benar-benar merupakan  bencana yang melanda umat ini.

Allah s.w.t berfirman, "Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.: (QS. Ash-Shaff: 3) []


Abdul Hamid al-Bilaly


0 komentar:

Posting Komentar

Coment Here . . . ! ! !

Yanto Biggoss © 2008 Template by:
SkinCorner