Jumat, 28 September 2012

Strategi Maling

Tanpa pikir panjang Abu Nawas memutuskan untuk menjual keledai kesayangannya. Keledai itu merupakan kendaraan Abu Nawas satu-satunya. Sebenarnya ia tidak tega untuk menjualnya. Tetapi keluarga Abu Nawas amat membutuhkan uang. Dan istrinya setuju.

Keesokan harinya Abu Nawas membawa keledai ke pasar. Abu Nawas tidak tahu kalau ada sekelompok pencuri yang terdiri dari empat orang telah mengetahui keadaan dan rencana Abu Nawas. Mereka sepakat akan memperdaya Abu Nawas. Rencana pun mulai mereka susun.

Ketika Abu Nawas beristirahat di bawah pohon, salah seorang mendekat dan berkata, “Apakah engkau akan menjual kambingmu?”

Tentu saja Abu Nawas terperanjat mendengar pertanyaan yang begitu tiba-tiba.

“Ini bukan kambing.” kata Abu Nawas.

“Kalau bukan kambing, lalu apa?” tanya pencuri itu selanjutnya.

“Keledai.” kata Abu Nawas.

“Kalau engkau yakin itu keledai, jual saja ke pasar dan dan tanyakan pada mereka.” kata komplotan pencuri itu sambil berlalu. Abu Nawas tidak terpengaruh. Kemudian ia meneruskan perjalanannya.

Ketika Abu Nawas sedang menunggang keledai, pencuri kedua menghampirinya dan berkata.”Mengapa kau menunggang kambing.”

“Ini bukan kambing tapi keledai.”

“Kalau itu keledai aku tidak bertanya seperti itu, dasar orang aneh. Kambing kok dikatakan keledai.”

“Kalau ini kambing’ aku tidak akan menungganginya.” jawab Abu Nawas tanpa ragu.

“Kalau engkau tidak percaya, pergilah ke pasar dan tanyakan pada orang-orang di sana.” kata pencuri kedua sambil berlalu.

Abu Nawas belum terpengaruh dan ia tetap berjalan menuju pasar.

Pencuri ketiga datang menghampiri Abu Nawas,”Hai Abu Nawas akan kau bawa ke mana kambing itu?”

Kali ini Abu Nawas tidak segera menjawab.la mulai ragu, sudah tiga orang mengatakan kalau hewan yang dibawanya adalah kambing.

Pencuri ketiga tidak menyia-nyiakan kesempatan. la makin merecoki otak Abu Nawas, “Sudahlah, biarpun kau bersikeras hewan itu adalah keledai nyatanya itu adalah kambing, kambing ……. kambiiiiiing !”

Abu Nawas berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah pohon. Pencuri keempat melaksanakan strategi busuknya. la duduk di samping Abu Nawas dan mengajak tokoh cerdik ini untuk berbincang-bincang.

“Ahaa, bagus sekali kambingmu ini…!” pencuri keempat membuka percakapan.

“Kau juga yakin ini kambing?” tanya Abu Nawas.

“Lho? ya jelas sekali kalau hewan ini adalah kambing. Kalau boleh aku ingin membelinya.”

“Berapa kau mau membayarnya?”

“Tiga dirham!”

Abu Nawas setuju. Setelah menerima uang dari pencuri keempat kemudian Abu Nawas langsung pulang. Setiba di rumah Abu Nawas dimarahi istrinya.

“Jadi keledai itu hanya engkau jual tiga dirham lantaran mereka mengatakan bahwa keledai itu kambing?” Abu Nawas tidak bisa menjawab. la hanya mendengarkan ocehan istrinya dengan setia sambil menahan rasa dongkol. Kini ia baru menyadari kalau sudah diperdayai oleh komplotan pencuri yang menggoyahkan akal sehatnya.

Abu Nawas merencanakan sesuatu. la pergi ke hutan mencari sebatang kayu untuk dijadikan sebuah tongkat yang nantinya bisa menghasilkan uang.. Rencana Abu Nawas ternyata berjalan lancar. Hampir semua orang membicarakan keajaiban tongkat Abu Nawas. Berita ini juga terdengar oleh para pencuri yang telah menipu Abu Nawas. Mereka langsung tertarik. Bahkan mereka melihat sendiri ketika Abu Nawas membeli barang atau makan tanpa membayar tetapi hanya dengan mengacungkan tongkatnya. Mereka berpikir
kalau tongkat itu bisa dibeli maka tentu mereka akan kaya karena hanya dengan mengacungkan tongkat itu mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Akhirnya mereka mendekati Abu Nawas dan berkata, “Apakah tongkatmu akan dijual?”

“Tidak.” jawab Abu Nawas dengan cuek.

“Tetapi kami bersedia membeli dengan harga yang amat tinggi.” kata mereka.

“Berapa?” kata Abu Nawas pura-pura merasa tertarik.

“Seratus dinar uang emas.” kata mereka tanpa ragu-ragu.

“Tetapi tongkat ini adalah tongkat wasiat satu-satunya yang aku miliki.” kata Abu Nawas sambil tetap berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya.

“Dengan uang seratus dinar engkau sudah bisa hidup enak.” Kata mereka makin penasaran.

Abu Nawas diam beberapa saat sepertinya merasa keberatan sekali. “Baiklah kalau begitu.” kata Abu Nawas kemudian sambil menyerahkan tongkatnya.

Setelah menerima seratus dinar uang emas Abu Nawas segera melesat pulang. Para pencuri itu segera mencari warung terdekat untuk membuktikan keajaiban tongkat yang baru mereka beli. Seusai makan mereka mengacungkan tongkat itu kepada pemilik kedai. Tentu saja pemilik kedai marah. “Apa maksudmu mengacungkan tongkat itu padaku?”

“Bukankah Abu Nawas juga mengacungkan tongkat ini dan engkau membebaskannya?” tanya para pencuri
itu.

“Benar. Tetapi engkau harus tahu bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang kepadaku sebelum makan di sini!”

“Gila! Temyata kita tidak mendapat keuntungan sama sekali menipu Abu Nawas. Kita malah rugi besar!” umpat para pencuri dengan rasa dongkol.
Baca Selengkapnya..

Tipu Di Balas Tipu

Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.

Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan salat Dhuha. Setelah dipersilahkan masuk oleh istri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai.

Seusai salat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya bercakap-cakap sejenak.

“Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami.” kata Ahli Yoga.

“Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?” tanya Abu Nawas polos.

“Besok pagi.” kata Pendeta.

“Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok.” kata Abu Nawas menyanggupi.

Hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal.

“Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian.” kata Pendeta. Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, “Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga.”

“Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa.” kata Ahli Yoga.

“Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja sedangkan bagian kalian terserah pada kalian.” kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.

“Aku tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun:” kata Pendeta.

“Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka.” kata Ahli Yoga.

“Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma Dan derma itu sekarang telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengijinkan aku mengambil bagian sendiri. Itu tidak masuk akal.” kata Abu Nawas mulai merasa jengkel. Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak mengijinkan Abu Nawas mengambil bagian yang menjadi haknya.

Abu Nawas penasaran. la mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia memakan bagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak.

Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.

“Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian.” kata Pendeta kepada Abu Nawas.

“Perjanjian apa?” tanya Abu Nawas.

“Kita adakan lomba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit.” Pendeta itu menjelaskan.

Abu Nawas setuju. la tidak memberi komentar apa-apa.

IVfalam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu
hinggatidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru bisa tidur.

Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita, “Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirvana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini.”

Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betulbetul luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.

“Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya.”

Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam. la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.

Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dai Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.

“Kalian tentu tahu Nabi Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli berpuasa. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera
berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu.” kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.

Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu sama lain.

Kejengkelan Abu Nawas terobati.

Kini mereka sadar bahwa tidak ada gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan mendapat celaka sendiri.


Baca Selengkapnya..

Taruhan Yang Berbahaya

Berikut ini adalah kisah atau dongeng menarik yang cocok untuk di sampaikan kepada anak anak, remaja, pemuda bahkan pada orang tua, pria muda dan wanita. Kisah hikmah, Kisah renungan bisa membuat kita sadar dan bisa jadi hiburan, begitu pula dengan kisah lucu, cerita humor yang bisa di jadikan hiburan juga sebagai pelajaran.  Saya berharap dengan kisah ini nantinya kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran untuk kemudian kita ambil hikmahnya sebagai bekal untuk hidup baik di masa sekarang dan yang akan datang, amin... Selamat Membaca dan semoga bermanfaat. Jangan lupa jika kisah ini bagus dan bermanfaat silahkan beritahu teman jika kurang bermanfaat silahkan hubungi admin .

Hikayat Abu Nawas – Taruhan Yang Berbahaya

Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke warung teh kawan-kawannya sudah berada di situ. Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu Nawas.

“Nah ini Abu Nawas datang.” kata salah seorang dari mereka.

“Ada apa?” kata Abu Nawas sambil memesan secangkir teh hangat.

“Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya.” kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.

“Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Swt.” kata Abu Nawas menentang.

“Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?” tanya kawan Abu Nawas.

“Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung.” kata Abu Nawas memberitahu.

“Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?”

“Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?” Abu Nawas ganti bertanya.

“Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala engkau pantati.” kata mereka. Abu Nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu.

Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.

Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.

Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang rajaraja dari negeri sahabat.

Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas. Kawan-kawan Abu Nawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena Abu Nawas tidak hadir. Namun temyata mereka keliru. Abu Nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk di tempat yang paling
belakang.

Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato. Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidatonya. Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat Abu Nawas duduk sendirian di tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya, “Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?”

“Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini.” kata Abu Nawas.

“Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk di atas tanah.” Baginda Raja menyarankan.

“Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet.”

Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas. Karena Baginda melihat sendiri Abu Nawas duduk di atas lantai. “Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas?” tanya Baginda masih bingung.

“Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi.” Kata Abu Nawas seolah-olah menyimpan misteri.

“Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa.” kata Baginda Raja bertambah bingung.

“Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas sambil beringsut-ringsut ke depan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya. Abu Nawas kini seolah-olah memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abu Nawas, Baginda Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para undangan.

Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan Abu Nawas merasa kagum.

Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk Abu Nawas.



(SELESAI)
Baca Selengkapnya..

Kamis, 27 September 2012

5 Langkah Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat

Mengapa Harus Menjadi Pribadi Yang bermanfaat?

Menarik sekali, banyak tulisan yang membahas pentingnya menjadi pribadi yang bermanfaat. Mengapa banyak orang yang tertarik tentang bahasan ini, sebab ini salah satu perintah Rasulullah saw kepada umatnya. Sabda beliau:

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (H.R Ahmad, Thabrani, Dharuqutni Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Seorang Muslim lebih diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. Ini adalah bagian dari Implementasi konsep Islam yang penuh cinta, yaitu memberi.


Selain itu, manfaat yang kita berikan kepada orang lain, semuanya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri

Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (Q.S 17:7)

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq'alaih)

Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu'min dari berbagai kesulitan2 dunia, Allah akan menyelesaikan kesulitan2nya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat. (H.R Muslim)

Setelah mengetahui manfaat"menjadi pribadi yang bermanfaat". pertanyaanya adalah bagaimana caranya agar kita menjadi pribadi yang bermanfaat?


Langkah-Langkah Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat

Langkah #1: Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah kemauan

Kuncinya adalah kemauan, kemauan kita memberikan manfaat kepada orang lain. Jika kita punya harta, kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan harta. Jika kita punya ilmu, kita bisa memberikan manfaat ilmu kepada orang lain. Jika kita punya tenaga, kita bisa memberikan manfaat dari tenaga kita kepada orang lain.

Ini adalah langkah awal, kita harus memiliki kemauan untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Bagaimanapun kondisi kita. Jangan malah mencari-cari cara untuk mendapatkan manfaat dari orang lain bahkan memanfaatkan orang lain.

Jika kita mau, bagaimanapun kondisi kita, kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Langkah #2: Take Action Now

Apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk memberikan manfaat kepada orang lain? kita bisa share artikel ini melalui facebook atau twitter kita. Ini jauh lebih memberikan manfaat kepada teman-teman kita daripada kita update status yang tidak penting bahkan hanya berisi keluhan dan caci maki.

Lihat sekitar kita, adakah yang bisa kita bantu, adakah yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki lingkungan, rumah, atau kantor kita? Akan banyak yang bisa kita lakukan untuk memberikan manfaat kepada orang lain.

Langkah #3: Biasakanlah Memberikan Manfaat, Jadikan Gaya Hidup Kita

Jika memberikan manfaat kepada orang sudah menjadi kebiasaan hidup kita, maka kita sudah menjadi pribadi yang bermanfaat. Pada langkah #2, kita baru disebutkan melakukan kebaikan(belum menjadi akhlaq), namun jika sudah menjadi kebiasaan dan menjadi gaya hidup kita, maka kita sudah menjadi pribadi yang bermanfaat.

Ini yang kadang dilupakan orang. Banyak yang hanya membahas sampai melakukan kebaikan dengan cara membantu orang lain. Namun itu belum menjadi kepribadian, baru sebatas mau melakukan. Sebuah tindakan, akan menjadi akhlaq saat kita sudah melakukan dengan biasa tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Kita memberi, belum tentu kepribadian kita. Namun jika kita sudah biasa memberi dan menjadi gaya hidup kita, barulah disebut kepribadian.

Langkah #4: Tingkatkan Manfaat Diri Kita

Harus ditingkatkan? Tentu saja, sebab menurut hadits diatas, tidak hanya mengatakan menjadi pribadi yang bermanfaat, tetapi ada kata superalif yaitu Paling. Artinya: Kita ditantang untuk menjadi juara dalam kebaikan. Kita harus menjadi yang paling memberikan manfaat kepada orang lain. Bukan sekedar memberikan manfaat.

Bagaimana cara meningkatkan manfaat diri kita? Ya, Kita harus meningkatkan kuantitas dan kualitas kebaikan kita. Kuantitas bisa dillihat dari frekuensi dan besarnya apa yang kita berikan kepada orang lain. Sementara kualitas manfaat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas diri kita, yaitu dengan meningkatkan keterampilan dan kemampuan kita, sehingga apa yang kita berikan akan bermanfaat.

Langkah #5: Raih Manfaatnya Untuk Kita Juga

Jangan sampai, kita memberikan manfaat tetapi tidak memberikan manfaat untuk diri kita sendiri. Bukan, saya bukan mengatakan berharap dari orang yang kita berikan manfaat. Bukan itu. Namun, yang saya maksud adalah kita harus menghindari semua dari penghapus pahala amal, itu ketidak ikhlasan atau riya'.

Jadi, agar kita benar-benar mendapatkan dari manfaat yang kita berikan kepada orang lain, kita harus ikhlas. Ikhlas adalah kunci diterimanya amal. Dan hanya amal yang diterima Allah SWT yang akan memberikan manfaat kepada kita dunia dan akhirat.

Niatkan, bahwa apa yang kita lakukan hanya karena Allah, bukan karena ingin disebut pribadi yang bermanfaat (pujian). Penyakit riya sungguh tidak terlihat, sangat samar, sehingga kita harus hati-hati.

Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya (QS Al-zalzalah:7)

Itulah kelima langkah menjadi pribadi yang bermanfaat, bahkan paling bermanfaat.

Semoga bermanfaat.


Baca Selengkapnya..

Rabu, 26 September 2012

Banyak Yang Ingin Berubah Tapi Sedikit Yang Belajar Cara Berubah

Ya, ini kenyatanya,
banyak yg ingin berubah, tetapi dia tak pernah belajar cara berubah.
Banyak orang yg ingin berubah dengan menuntut orang lain, pemerintah, kondisi, bahkan dunia, jika perlu, agar berubah mengikuti keinginan dia sendiri. Satu hal yg dia lupakan, padahal paling penting, dan yg paling mudah yaitu menuntut dirinya untuk berubah.

Mengubah diri sendiri jauh lebih mudah, dibandingkan mengubah orang lain.
Jangankan mengubah milyaran orang, jutaan, ribuan, ratusan, puluhan, bahkan satu orang pun susah.
Namun Anda bisa mengubah diri Anda Sendiri jika Anda mau.

Jika menyibukan diri untuk melakukan yg sulit atau tidak mungkin, yaitu mengubah dunia agar sesuai dengan keinginan Anda, maka hidup Anda akan sia-sia.

Rahasia Sukses Sejati

Sebagai contoh, Anda ingin sukses dalam karir, kemudian berharap semua orang senang dengan pekerjaan Anda, berharap semua orang senang dengan jerih payah Anda, dan semua orang mengakui kepemimpinan Anda. Bisakah?
Tidak, Anda tidak bisa memaksa orang lain, karena mereka memiliki hak untuk bersikap.

Namun, akan lebih bijak, jika Anda mulai mengubah diri Anda sendiri.

Jika Anda berharap karir yg lebih baik, maka ubahlah diri Anda. Ubahlah cara Anda melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Ubahlah diri Anda agar menjadi pribadi yg lebih terampil. Ubahlah diri Anda agar menjadi orang yg memiliki jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab. Maka, sikap orang lain bisa berubah jika di awali perubahan Anda.

Begitu juga dalam bisnis, Anda tidak bisa memaksa semua orang untuk menyukai produk atau jasa Anda.
Namun Anda bisa mengubah produk atau jasa Anda serta cara melayani Anda sehingga disukai orang.

inilah rahasia sukses sejati, yaitu kemauan mengubah diri dan mengetahui cara berubah mulai dari diri sendiri.

Inilah Cara Berubah Yang Sebenarnya

OK, akan saya bahas cara berubah langkah demi langkah, Cara berubah ini dijamin berhasil karena ini ajaran manusia paling agung sepanjang zaman, yang tidak akan berkurang kemuliaanya sedikitpun meski seluruh mahluq menghinakannya. Beliau adalah Baginda Rasulullah shaalallaahu wa alaihi wa sallam.

tidaklah akan istiqomah iman seorang hamba sampai istiqomah 
hatinya, dan tidak akan istiqomah hatinya sampai istiqomah lisanya (H.R Ahmad dihasankan oleh syaikh al-Albany dalam shahih atTarghib wa Tarhiib)

Apapun tindakan Anda, akan berdasarkan keimanan Anda atau apa yang Anda percayai. Kualitas dan arah tindakan Anda tergantung kepercayaan-kepercayaan yang Anda miliki. Sementara keberhasilan kita adalah buah dari tindakan. Jadi, jika ingin mengubah hasil, Anda harus mengubah tindakan-tindakan Anda, dan Anda bisa mengubah tindakan-tindakan Anda jika Anda mengubah iman atau kepercayaan Anda.

Hati Adalah Pusat Perubahan
Dalam hadits diatas dikatakan bahwa untuk mengubah iman, maka kita harus merubah hati kita. Jika hati kita baik, maka semuanya akan baik sebagaimana dijelaskan melalui hadits ini:

Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah(segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya, Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati. 
(H.R Bukhari dan Muslim)

lalu bagaimana cara merubah hati?

Masih melalui hadits diatas, bahwa tidak akan istiqomah hati  jika lisannya tidak istiqomah, Artinya cara mengubah hati itu diantaranya adalah mengubah lidah kita. Misalnya membaca Al Quran, dzikir dan berkata baik.

Cara mengubah hati dikenal dengan ilmu Tazkiyatun Nafs. Sudah banyak buku-buku yang ditulis para ulama tentang ini, termasuk yang ditulis oleh Imam Ghazali, Ibnul Qoyyim, dan berbagai buku yang ditulis ulang oleh ulama-ulama masa kini. Silahkan Anda cari, kemudian baca dan aplikasikan jika Anda peduli dengan hati Anda.

Aplikasi Dalam Meraih Sukses

Nah, sekarang bagaimana jika kita ingin meraih sukses dalam karir dan bisnis. Tentu saja dalam rangka meraih sukses di akhirat.
Banyak yang mengatakan, sukses itu yang penting kita mau bertindak. Ternyata tidak, sebab kita mengetahui tindakan dengan iman akan berbeda jika dibandingkan tindakan tanpa iman. Sama halnya untuk aspek kehidupan dunia, bahwa tindakan Anda akan tergantung pada kepercayaan Anda. Kepercayaan Itu Adalah Dasar Tindakan Anda.
Jika tindakan Anda ingin lebih bermutu dan memberikan hasil yang lebih baik, Anda harus memperkuat ketiga kepercayaan ini:
      1. Percaya bahwa Allah akan menolong Anda. Sehingga sebesar apa pun rintangan dan halangan 
          Anda, Anda tidak akan takut dan gentar lagi, sebab Allah akan menolong. Kepercayaan ini akan  
          membuat Anda lebih bersemangat, berani, dan pantang menyerah. 
       2. Percaya Pada Diri Sendiri(percaya diri). Percaya diri adalah buah dari keimanan bahwa Allah
           telah memberikan potensi yang dahsyat pada diri kita. Tugas selalu dengan bekalnya. Potensi kita
           (hati, akal, dan jasad) dipastikan sanggup untuk menghadapi setiap tantangan yang kita hadapi.  
           Semakin Anda percaya diri, akan semakin hebat tindakan Anda, ibaratnya seperti Anda mengunakan
           gigi mobil yang lebih tinggi, sehingga melaju lebih cepat.

      3. Percaya pada tujuan yang akan kita raih. Percaya bahwa tujuan itu ada, percaya bahwa tujuan itu
           bisa kita raih, dan percaya bahwa peluang-peluang itu ada. Percaya bahwa jika 
orang lain bisa, maka 
          Anda pun insya Allah akan bisa. Jika kita tidak bisa melihat tujuan, ibarat Anda berada disebuah
          ditempat
 yang gelap, Anda tidak akan bisa meraih tujuan, Anda bahkan tidak bisa memiliki keinginan
           karena tujuan tidak terlihat.

Semakin tinggi ketiga kepercayaan ini, yakinlah bahwa tindakan Anda akan semakin dahsyat.

Maka bentuklah hati Anda dengan kata-kata yang akan membangun 3 kepercayaan diatas, istiqomahlah dalam mengatakan kata-kata yang akan memperkuat ketiga kepercayaan itu, bukan yang memperlemahnya. Kadang, banyak orang yang malah fokus untuk menghancur keyakinan dengan kata-katanya seperti mengeluh, menuntut, memaki dan kata-kata kotor lainnya yang mengotori hari.

Bersihkan, perindah, dan perkuatlah kata-kata Anda agar hati Anda kuat dan bening, sehingga bisa memancarkan cahaya keimanan yang sangat kuat ke seluruh tubuh Anda, sehingga tindakan Anda pun akan semakin hebat.

Cara berubah itu mulai dari diri sendiri, yaitu bagaimana Anda mengubah kata-kata Anda.

Semoga bermanfaat, silahkan share dan bagikan.


   
Baca Selengkapnya..

Coment Here . . . ! ! !

Yanto Biggoss © 2008 Template by:
SkinCorner