Selasa, 25 September 2012

Nasehat Abu Nawas untuk Sang Sultan


Ketika Sultan Harun Ar-Rasyid menunaikan ibadah haji, beliau sangat rindu pada Abu Nawas, sahabatnya. Pada Saat tiba di kota Kuffah, tiba-tiba terlihat oleh Sultan, Abu Nawas yang menaiki batang kayu, berlari-larian ke sana kemari dan diikuti anak-anak dengan riang. Wajah sang Sultan mendadak menjadi ceria dibuatnya. Pandangan Mata Sang Sultan berbinar-binar karena sangat merindukan sosok Abu Nawas. Memang Abu Nawas dalam beberapa bulan terakhir meninggalkan kerajaan Baghdad sebagai bentuk protes atas ketidak-adilan dan kesombongan Sultan. Sejak kepergian Abu Nawas itulah Sultan mengalami kesepian. Tidak ada lagi orang yang diajaknya berdiskusi maupun bercanda. Karena itu Sultan sangat gembira begitu melihat sosok Abu Nawas.
Sultan Harun Ar-Rasyid kemudian bertanya kepada para pengawalnya.
“Siapa dia?” tanya Sultan.
“Dia si Abu Nawas yang gila itu,” jawab salah seorang pengawalnya.

“Coba panggil dia kemari, tanpa ada yang tahu, dan sekali lagi aku peringatkan kamu jangan berkata yang buruk lagi tentang dia, perintah Sultan Harun.
“Baiklah wahai Sultanku,” jawab pengawal.

Tidak berapa lama kemudian para pengawal berhasil membawa Abu Nawas ke hadapan Sultan. Abu Nawas diperkenankan duduk di hadapan Sultan.
“Salam bagimu wahai Abu Nawas,” sapa Sultan Harun Ar-Rasyid.

“Salam kembali wahai Amirul Mukminin,” jawab Abu Nawas.
“Kami merindukanmu wahai Abu Nawas,” kata Sultan Harun Ar Rasyid.

“Ya, tetapi aku tidak merindukan Anda semuanya,” jawab Abu Nawas dengan ketus.
Beberapa pengawal kerajaan spontan saja akan mencabut pedang dari sarungnya untuk memberikan pelajaran kepada Abu Nawas yang tak mampu menjaga perkataannya di hadapan Sultan, sang pemimpin. Akan tetapi niat tersebut dicegah sendiri oleh Sultan Harun Ar-Rasyid.
    Abu Nawas
Abu Nawas

“Wahai Abu Nawas, aku merindukan kecerdasanmu, maka berilah aku nasihat,” pinta Sultan.
“Dengan apa aku menasehatimu, inilah istana dan kuburan mereka,” kata Abu Nawas.
“Tambahkan lagi, engkau telah memberikan nasihat yang bagus,” ujar Sultan mulai bersemangat.
“Wahai Amirul Mukminin, barang siapa yang dikarunia Allah SWT dengan harta dan ketampanan, lalu ia dapat menjaga kehormatannya dan ketampanannya, serta memberikan bantuan dengan hartanya, maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang shaleh,” kata Abu Nawas.

Sultan Harun Ar-Rasyid begitu senang mendapatkan nasihat itu. Ia kemudian mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya.
“Aku telah menyuruh para pengawalku untuk membayar hutangmu,” kata Raja.
“Tidak Amirul Mukminin, kembalikan harta itu kepada yang berhak menerimanya. Bayarlah hutang diri Anda sendiri,” kata Abu Nawas.
Namun Sultan Harun tak menyerah begitu saja. Ia kemudian mempersiapkan hadiah khusus pada Abu Nawas.
“Aku telah mempersiapkan sebuah hadiah untukmu,”katanya.
“Wahai Amirul Mukminin, apakah Paduka berfikir bahwa Allah hanya memberikan karunia kepada Anda dan melupakanku,” jawab Abu Nawas yang segera pergi dari hadapan raja.
Perlakuan itu membuat sang Raja merenung sambil mengevaluasi dirinya sendiri.
Sultan Harun sadar kalau selama ini dirinya kurang adil dan berlaku sombong dengan jabatannya sehingga mudah meremehkan orang lain. Usai mendapat nasihat dari Abu Nawas, Sultan Harun berubah menjadi Sultan yang adil dan bijaksana kepada rakyatnya.
Abu Nawas memberikan nasihat berupa sindiran, namun sang Sultan tidak tersinggug, atau marah atau bahkan memenjarakan Abu Nawas. Sultan malah merenung dan terus merenungi apa gerangan kesalahan yang telah dia buat selama memimpin kerajaan. Sultan Harun ar-Rashid dan Abu Nawas
Baca Selengkapnya..

Seteguk Air Termahal


Suatu ketika kalifah Harun al-Rasyid mendengar bahwa ada seorang alim yang berkunjung ke ibukota kerajaannya, dan berkeinginan mengundang si orang alim tsb berkunjung ke istananya agar dapat memberinya nasehat.

Ketika dijelaskan maksud undangan itu, orang alim tersebut berfikir sejenak lalu bertanya, Wahai Kalifah seandainya engkau berada ditengah padang pasir dan merasa haus yang teramat sangat berapakah yang bersedia engkau berikan untuk seteguk air yang bisa ditawarkan oleh orang lain kepadamu? Kalifah Harun al-Rasyid menjawab, Akan aku berikan kepadanya setengah kerajaanku untuk seteguk air yang dia berikan.
Lalu orang alim ini lanjut bertanya, Seandainya kemudian air yang engkau minum tersebut menjadi penyakit, engkau tidak dapat mengeluarkannya dari tubuhmu, maka berapakah yang bersedia engkau bayarkan bagi yang mampu mengobatinya, sehingga air tsb bisa kembali keluar dari tubuhmu? Kalifah kelima kekalifaan bani abbasiyah ini menjawab, Aku akan berikan setengah kerajaanku lagi bagi yang sanggup mengobatinya.
Mendengar jawaban sang Kalifah orang alim ini lalu berkata, Wahai Paduka Kalifah, lalu apakah yang patut Paduka banggakan dengan kerajaan Paduka ini, yang nilainya tidak lebih dari seteguk air yang Paduka minum dan lalu keluarkan lagi?
Baca Selengkapnya..

Dosa Besar dan Dosa Kecil


Abu Nawas al Hasan bin Hani Al Hakami (756–814) orang Persia lahir tahun 756 M di Ahwaz..dan meninggal tahun 814 M di Baghdad.  Ia mengabdikan diri nya pada Sultan Harun Al Rasyid Sultan  Baghdad.  Abu Nawas juga dianggap seorang ulama.  maka banyak muridnya … dan suatu ketika… ada tiga orang yang menanyakan kepada Abu Nawas pertanyaan yang sama… !!! Pertanyaannya adalah “Manakah yang lebih utama mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil…?”


Orang pertama menanyakan hal itu, dan jawaban Abu Nawas adalah “Orang yang mengerjakan dosa kecil.. !!!” Mengapa… tanya orang pertama. Sebab lebih mudah diampuni oleh Allah.. kata Abu Nawas. Orang pertama puas, yaagh karena ia memang yakin akan hal itu… !!!
Orang kedua menanyakan hal yang sama,… dan jawaban Abu Nawas adalah “Orang yang tidak mengerjakan kedua-duanya… !!!” Mengapa begitu… tanya orang kedua. Yaagh dengan begitu tentu tidak memerlukan pengampunan Allah… kata Abu Nawas… !!! Orang kedua … langsung dapat mencerna penjelasan Abu Nawas…. !!!
Orang ketiga menanyakan juga hal yang sama… !!! Namun jawaban Abu Nawas adalah Orang yang mengerjakan dosa besar… !!! Mengapa … ??? tanya orang ketiga. Sebab pengampunan Allah kepada hambanya sebanding dengan besarnya dosa hambanya itu… !!! jawab Abu Nawas. Orang ketiga puas dengan penjelasan Abu Nawas… !!!
Seorang murid Abu Nawas … yang bingung menanyakan kepada Abu Nawas… !!! “Mengapa dengan pertanyaan yang sama menghasilkan jawaban berbeda… ??? tanyanya.
Jawaban Abu Nawas adalah manusia dibagi tiga tingkatan… yaitu tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati… !!!

Seorang anak kecil melihat bintang di langit akan bilang bahwa bintang itu kecil… karena ia hanya menggunakan matanya… !!!

Sebaliknya … seorang pandai akan mengatakan bahwa bintang itu besar.. karena ia berpengetahuan dan menggunakan otaknya… !!!

Kemudian apa tingkatan hati… ??? Orang pandai yang melihat bintang di langit.. ia akan tetap mengatakan bahwa bintang itu kecil… walau ia tahu bintang itu besar.. !!! Karena ia tahu dan mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan Allah yang Maha Besar… !!!
Kemudian … murid tersebut menanyakan… “Wahai Guru… bagaimana mendapatkan ampunan dari Allah mengingat dosa-dosa yang begitu besar… ???”. Bisa… dengan melalui pujian dan doa… kata Abu Nawas… !!! Ajarkan doa itu wahai Guru… pinta murid Abu Nawas… !!!

Illahi lastu lil firdausi ahlan, walaa aqwa’ alannaril jahiimi, fahabli taubatan waqhfir dzunuubi, fa innaka ghafiruz dzambil adziimi ….
Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga. namun aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku dan ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya hanya Engkau pengampun dosa-dosa besar… Begitulah do’a Abu Nawas
Baca Selengkapnya..

Abu Nawas Bekerja di Perusahaan Jahit


Cerita Humor Abu Nawas Bekerja di Perusahaan JahitSatu dari sekian banyak Cerita Humor Abu Nawas dari Koleksi Cerita Abu Nawas adalah ketika Abu Nawas Bekerja di perusahaan jahit. Alkisah ketika masih muda, Abu Nawas pernah bekerja di sebuah perusahaan jasa jahit pakaian yang terkenal pada masa itu. Majikan di tempat Abu nawas bekerja adalah orang yang pelit dan tak mau berbagi dengan sesama.

Pada suatu hari majikannya datang dengan membawa satu kendi madu. Karena sifat pelitnya dan khawatir madu itu diminum Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata, Hai Abu Nawas, kendi ini berisi racun dan aku tidak mau kamu mati karena meminumnya Sesaat kemudian karena ada keperluan lain, sang majikan pun pergi keluar.
Sepeninggal majikannya, Datanglah seorang pembeli yang ingin membeli pakaian. Transaksi jual-beli berlangsung dan akhirnya Abu Nawas mendapatkan uang dari hasil menjual pakaian.
Menjelang siang, karena Abu Nawas merasa lapar, pergilah ia membeli roti ke sebuah toko. Karena tidak memiliki uang, Abu Nawas menggunakan uang hasil menjual pakaian untuk membeli roti. Selain itu, sekembalinya ia di perusahaan jasa jahit ia menghabiskan madu milik majikannya.

Ketika majikannya datang usai keperluannya di luar, sang majikan tersadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Sedangkan uang hasil penjualan pakaian tidak ada. Bertanyalah dia pada Abu Nawas.

Abu, Apa sebenarnya yang telah terjadi? tanya majikan heran.

Dengan tenangnya seolah tak melakukan apa-apa Abu Nawas menjawab.

Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan, jadi aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu.

Dasar Abu Nawas memang cerdik dan pandai dalam mensiasati keadaan apapun. Pembelajaran dalam cerita ini adalah agar kita tidak menjadi orang yang pelit dan kikir terhadap sesama, apalagi jika tetangga kita masih banyak yang membutuhkan bantuan kita. Karena semua harta dan pehiasaan kita milik ALLAH SWT dan akan kembali kepadanya juga.

Demikian salah satu Cerita Humor Abu Nawas yang terkenal semoga Anda terhibur. Nantikan Cerita Abu Nawas Lucu lainnya.
Baca Selengkapnya..

Abu Nawas dan Telur unta


Cerita Jenaka Abu Nawas dan Telur Unta Dari Sekian Banyak Cerita Jenaka Abu Nawas Salah Satu Cerita Jenaka Yang Cukup menghibur adalah Cerita Jenaka Abu Nawas dan telur Unta. Dari Judulnya pun kita Pasti Merasa Terhera-heran "Emang ada yah telur Unta?". Mau tau Cerita Jenaka Abu Nawas yang satu ini berikut cerita lucunya.




Suatu ketika Raja Harun Al Rasyid terkena penyakit aneh. Tubuh Raja Harun Al Rasyid terasa kaku dan pegal. Suhu badannya panas dan tak kuat untuk melangkah. penyakitnya itu membuat sang raja tidak mau makan sehingga sakitnya bertambah parah.
Berbagai tabib sudah berdatangan mengobatinya tetepi tetap saja sakit. Obat pun banyak yang ia minum tapi tetap saja hasilnya.

Namun demikian, raja tidak mau menyerah. Ia ingin sembuh. Maka iapun memerintahkan pengawalnya untuk mengumumkan sebuah sayembara. Barang siapa bisa menyembuhkan penyakit sang Raja, maka akan diberikan hadiah.

berita sayembara itu didengar oleh Abu Nawas Ia tertarik dengan sayembara ini. maka tidak lama kemudian, iapun memutar otak sebentar dan pergi ke istana Raja Harun Al Rasyid.

Sang Raja terkejut ketika melihat Abu Nawas datang hendak mengobati dirinya.

Hei Abu Nawas, setahuku kau bukan tabib, tapi mengapa kau ikut sayembara ini?. Heran sang raja.

He he he.. tuan raja, janganlah Anda melihat penampilanku, begini begini aku bisa mengobati orang sakit.

Benarkah? kaget sang raja. Berarti engkau bisa menyembuhkan sakitku juga?

Oh tentu Raja, jawab Abu Nawas, sebenarnya apa sakit Anda?

Aku juga tidak tahu, tapi aku merasa seluruh tubuhku sakit dan badanku panas. Aku tampak lesu Abu Nawas.keluh sang raja Harun Al Rasyid.

ha ha ha ha ha.Abu Nawas tertawa dengan jenaka.

Hei Abu Nawas, apa yang lucu?

tidak Tuan, kalau penyakit itu sih gampang sekali menemukan obatnya.terang Abu Nawas.

Sungguh, kaget sang raja lagi. apa nama obat itu dan dimana saya bisa menemukan obat itu?

baiklah saya beritahu Anda,
nama obat itu adalah telur unta. Anda bisa mendapatkannya di kota Baghdad ini.

mendengar informasi itu sang raja merasa bersemangat ingin segera mendapatkan telur unta itu.
hei Abu Nawas, awas jika kau bohong. Akan ku hukum kau?

Carilah dulu telur unta itu, jangan asal hukum saja sanggah Abu Nawas.

Dikisahkan dalam cerita humor ini Keesokan harinya sang raja berangkat dengan pengawalnya. Ia memakai baju rakyat biasa karena tidak ingin diketahui bahwa ia seorang raja.

Raja Harun Al Rasyid mengunjungi pasar-pasar yang ada di daerah baghdad tapi tidak ditemukan telur unta itu.

Raja Harun Al Rasyid tidak mau menyerah ia terus berjalan kerumah-rumah warga tapi tetap saja ia tidak menemukan telur unta. semangat Raja Harun Al Rasyid ini sungguh kuat sekali, ia tidak peduli seberapa jauh jarak yang ia tempuh untuk mencari telur unta. Hingga akhirnya ia sampai disebuah hutan.
raja terus berjalan tanpa menghiraukan pengawalnya yang sudah kelelahan. sambil menggerutu ia tetap berfikir dimanakah telur unta itu berada.

Awas kau Abu Nawas, kalau aku tidak menemukan telur itu akan ku hukum kau! gerutu sang raja. Pengawal bersiaplah menghukum Abu Nawas besok!

siap raja, kata pengawal yang sudah kelelahan,tapi lebih baik kita pulang saja sekarang. memang sepertinya kita tidak menemukan telur itu.

Raja Harun Al Rasyid pun mempertimbangkan saran pengawalnya, namun beberapa saat kemudian ia melihat seorang kakek yang sedang membawa ranting.

Tunggu dulu pengawal, kita coba tanyakan kepada satu orang lagi.seru raja Harun Al Rasyid.

Sang Raja menghampiri kakek yang membawa ranting itu. melihat kondisinya yang sudah tua ia amat kasihan, maka iapun menawarkan jasanya untuk membawakan kayu-kayu itu.

setelah sampai dirumahnya, Sang kakek mengucapkan terima kasih kepada Raja Harun Al-Rasyid yang ia tidak menyangka bahwa ia adalah seorang raja.

Terima kasih cuk, semoga Allah membalas kebaikan Cucuk?

Sama-sama kek, jawab Raja Harun Al Rasyid.

oh iya kek, saya mau bertanya, apakah kakek punya telur unta tanya raja Haru Al Rasyid pada si kakek.

telur unta? sang kakek kemudian berfikir sejenak.

Ha Ha Ha Ha Hatawa sang kakek. Raja Harun Al Rasyid pun keheranan dan bertanya kepada sang kakek.

apa saya salah tanya kek? tanya Raja harun Al Rasyid keheranan. bisa Anda jelaskan?

Cuk, di dunia ini mana ada telur unta. setiap hewan yang bertelinga itu melahirkan bukan bertelur. jadi mana ada telur unta.

mendengar penjelasan dari sang kakek membuat sang raja dan pengawalnya tersentak kaget.

benar juga mana ada telur unta. unta kan binatang yang melahirkan bukan bertelur. gumam sang raja.
awas kau Abu Nawas!

Keesokan harinya sang raja dengan perasaan kesal menunggu kedatangan Abu Nawas yang telah mengerjainya. dia mondar-mandir kesana kemari sambil mulutnya komat-kamit.

awas kau Abu Nawas! awas kau Abu Nawas!
beberapa saat kemudian, Abu Nawas datang. Ia memberi senyum jenaka kepada Raja Harun Al Rasyid.Raja Harun Al rasyid langsung memarahinya.

Hai kau Abu Nawas, beraninya mengerjai ku. aku tidak terima ini. sesuai dengan kesepakatan kita bahwa Aku akan menghukummu karena kau telah membohongiku. mana ada telur unta, unta itu hewan yang melahirkan bukan bertelur.

Anda benar Tuan Raja, sahut Abu Nawas membenarkan pernyataan raja Harun Al Rasyid telur unta itu sebenarnya tidak ada, unta hewan yang melahirkan bukan bertelur. Sambung Abu Nawas dengan Ceritanya.

Lantas, mengapa kau menyuruhku untuk mencari telur itu?sanggah sang raja pokokya sekarang kamu harus dihukum.

tuggu dulu, tuan raja, sebelum saya dihukum, saya ingin bertanya.
tanya apa?

bagaimana kondisi tubuh tuan raja hari ini?tanya Abu Nawas.

kondisi badanku, sahut raja Harun Al Rasyid, aku merasa tubuhku tidak pegal dan sakit seperti kemarin-kemarin. suhu badanku pun turun, Sang raja pun terdiam sejenak.

Abu Nawas, aku sudah sembuh, penyakitku hilang, penyakitku hilang Abu Nawas. raja amat gembira mendengar cerita Abu Nawas.

Aku tahu, perjalananku yang amat jauh kemarin telah membuat tubuh-tubuhku yang tadinya jarang bergerak menjadi bergerak dan itu membuat aliran darahku yang semula beku menjadi lancar kembali. benar Abu Nawas, itu penyebabnya, terima kasih Abu Nawas. sahut raja Harun Al Rasyid.

Benar tuan, kata Abu Nawas, tubuh yang tidak dibiasakan bergerak akan membuat darah membeku dan akhirnya menjadi penyakit. maka dari itu raja, rajinlah bergerak.

ya, memang akhir-akhir ini aku sering dikamar. jarang bergerak. kemudian aku juga banyak makan. mungkin ini yang menyebabkan aku sakit. kata sang Raja Harun Al Rasyid. Abu Nawas maafkan aku telah memarahimu. Aku tidak akan menghukummu tapi aku akan memberikanmu hadiah karena telah memberiku saran yang luar biasa.

Terima kasih tuan raja. Jawab Abu Nawas singkat.

Banyak makna dan pembelajaran yang kita bisa dapat dari Cerita Jenaka Abu Nawas dan telur Unta tersebut, salah satunya adalah membiasakan diri untuk tidak santai dan bermalas-malasan karena dapat mendatangkan berbagai macam penyakit. Semoga salah satu dari Koleksi Cerita Abu Nawas ini bermanfaat.
Baca Selengkapnya..

Coment Here . . . ! ! !

Yanto Biggoss © 2008 Template by:
SkinCorner